Kamis, 30 Agustus 2012

Garuda Indonesia Siapkan Rp 37,5 Triliun Untuk Beli 100 Pesawat Baru

Garuda Indonesia
Beli 100 Pesawat Baru, Garuda Siapkan Rp 37,5 Triliun

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akan menggelontorkan investasi Rp 37,5 triliun selama tiga tahun mendatang. Dana tersebut untuk membeli 100 pesawat baru untuk memenuhi jaringan penerbangan di Tanah Air. Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar menjelaskan, dana investasi tersebut tidak termasuk untuk rencana penambahan perbaikan fasilitas di luar Jakarta. "Untuk pendanaan tersebut, kami telah menunjuk Standard Chartered Securities sebagai penasihat keuangan," kata Emirsyah di Indonesia International Infrastructure Conference and Exhibitions (IIICE) di Jakarta Convention Center Jakarta, Rabu (29/8/2012).

Menurut Emir, untuk mendapatkan dana tersebut, perseroan bersama penasihat keuangan akan memiliki beberapa opsi pendanaan. Misalnya berupa penerbitan obligasi berdenominasi dollar, rupiah, atau bahkan menjajaki penerbitan saham baru (right issue).

Namun, Emir belum akan memutuskan opsi pendanaan tersebut dalam waktu dekat. Saat ini, perseroan lebih menyerahkan mekanisme pendanaan ke Standard Chartered Securities sebagai penasihat keuangannya. "Saat ini kami telah memiliki 94 pesawat. Sampai 2015 nanti, kami ingin memiliki pesawat baru hingga 194 pesawat, termasuk pesawat untuk maskapai Citilink," jelasnya.

Dengan jumlah pesawat sebanyak itu, perseroan menargetkan bisa menaikkan jumlah frekuensi penerbangan dari saat ini sekitar 390 penerbangan per hari menjadi 1.000 penerbangan per hari pada tahun 2015. Penerbangan tersebut akan dibagi ke dalam 6 hub bandara utama, yaitu di Makassar, Medan, Jakarta, Balikpapan, Denpasar, dan Surabaya. Jakarta (Bandara Soekarno-Hatta) akan menjadi bandara hub utama yang akan menghubungkan dengan 5 bandara hub lainnya.

Di sisi penumpang, perseroan menargetkan ada kenaikan 45,4 juta penumpang di 2015. Sebanyak 29 juta penumpang akan dikontribusikan dari Garuda Indonesia dan sebesar 16 juta penumpang dari Citilink. "Pesawat ini semua baru, baik untuk Garuda maupun Citilink," jelasnya.

bisniskeuangan.kompas.com

Infrastruktur Penerbangan Indonesia Peringkat Ketiga Terburuk Di Asia Tenggara

Penerbangan
Infrastruktur Transportasi Udara RI Peringkat Ke-80 Dunia

Kualitas infrastruktur transportasi udara di Indonesia dinilai masih buruk, bahkan masuk ketiga terburuk di Asia Tenggara. CEO PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Emirsyah Satar menjelaskan, infrastruktur transportasi Indonesia berada pada peringkat ke-80 di antara infrastruktur transportasi udara di seluruh dunia. "Kita hanya lebih baik dari Vietnam di posisi ke-95 dan Filipina di posisi ke-115," kata Emir di Indonesia International Infrastructure Conference and Exhibitions (IIICE) di Jakarta Convention Center Jakarta, Rabu (29/8/2012).

Berdasarkan laporan dari WEF Global Competitiveness Report 2011-2012, kondisi infrastruktur tertinggi dimiliki oleh Singapura (posisi ke-1), Hongkong (ke-2), Malaysia (ke-20), Australia (ke-29), Thailand (ke-32), Jepang (ke-50), India (ke-67), dan China (ke-72).

Menurut Emir, infrastruktur transportasi udara di Indonesia menjadi tantangan tersendiri, khususnya dalam dunia penerbangan di Tanah Air. Padahal, kondisi infrastruktur transportasi khususnya udara ini cenderung akan mendatangkan investasi, apalagi investasi asing yang masuk melalui bandara-bandara yang ada. "Kondisi infrastruktur transportasi udara ini harus diperbaiki agar negara kita bisa bersaing dengan negara lain. Khususnya demi meningkatkan investasi asing di dalam negeri," tambahnya.

Hingga 2015, Garuda Indonesia akan menggelontorkan investasi Rp 37,5 triliun untuk membeli 194 pesawat baru, mayoritas untuk penerbangan domestik.

bisniskeuangan.kompas.com

Rabu, 29 Agustus 2012

Philipphine Airlines Remajakan Armada Dengan Pesawat A321 CEO Dan A330-300

Philipphine Airlines A321 CEO dan A330-300
Philipphine Airlines Pesan 34 Unit A321 CEO

Philipphine Airlines, maskapai penerbangan asal Filipina, berencana meremajakan armada dengan memesan 34 unit A321ceo, 10 unit Airbus A321neo, dan 10 unit Airbus A330-300. Pesawat-pesawat berbadan lebar pabrikan Airbus itu dijadwalkan mulai didatangkan pada awal tahun depan.

Chairman Philipphine Airlines Lucio Tan mengungkapkan kehadiran varian Airbus A321 diharapkan mampu mendongkrak permintaan penerbangan sejumlah rute yang dikuasai perusahaan baik domestik maupun regional.

Di samping itu, pesawat widebody A330 akan memperkuat rute regional yang permintaan terus meningkat termasuk ke sejumlah tujuan ke Indonesia seperti Denpasar dan Jakarta. A330 juga akan dioperasikan untuk rute-rute berjarak jauh seperti Timur Tengah dan Australia. "Kami belum menentukan jenis mesin yang akan digunakan untuk setiap pesawat," ungkapnya Selasa (28/8/2012).

Tan optimistis revitalisasi armada akan menghadirkan keuntungan berlipat bagi perusahaan. Menurutnya, A321 dan A330 tergolong pesawat berbiaya operasional paling rendah ketimbang lini produk pesawat berlorong tunggal lainnya. "Ongkos operasional dapat lebih ditekan dengan adanya pilihan mesin baru yang menawarkan penghematan bahan bakar hingga 15%," katanya.

Airbus A321 dan A330 merupakan salah satu pesawat berbadan lebar yang paling banyak beroperasi saat ini. Pihak Airbus mengklaim hingga kini lebih dari 1.200 unit telah dipesan, dan 900 unit kini telah diterbangkan oleh 90 operator di seluruh dunia. Selain pesawat penumpang dan kargo, Airbus A330 juga tersedia dalam jenis VIP dan transportasi militer atau varian tanker.

www.bisnis.com

Selasa, 28 Agustus 2012

Untuk Kenyamanan Penumpang Pesawat, Hang Nadim Dukung Penyatuan Airport-Tax Dengan Tiket Pesawat

Bandara Hang Nadim
Bandara Hang Nadim Dukung Penyatuan Airport-Tax

Pengelola Bandara Internasional Hang Nadim Batam mendukung penyatuan tiket dengan airport-tax untuk meningkatkan kenyamanan penumpang pesawat. "Ini sudah diberlakukan pada beberapa negara dan berhasil. Kami akan mendukung jika tujuannya untuk memberikan kenyamanan bagi para pengguna transportasi udara," kata Kabid Komersial Bandara Internasional Hang Nadim Batam, Dendi Gustinandar di Batam, Senin.

Berbeda dengan bandara lain, Bandara Internasional Hang Nadim Batam dikelola oleh Badan Pengusahaan (BP) Batam selaku pemegang otoritas atas beberapa fasilitas umum seperti pelabuhan dan bandara bukan PT Angkasa Pura. "Kami harus mendukung regulasi tersebut karena bersifat secara nasional. Kami siap dengan segala perubahan itu dan nanti pasti ada mekanismenya," kata dia.

Dendi mengatakan, pihak Bandara Internasional Hang Nadim akan menunggu keputusan dari Pemerintah Pusat jika sistem ini direalisasikan. "Saat ini kami masih memberlakukan tarif airport tax di Bandara Internasional Hang Nadim sebesar Rp 30.000 untuk penerbangan dalam negeri. Sementara untuk penerbangan internasional sebesar Rp 100.000," kata Dendi.

Sebelumnya, Menteri BUMN Dahlan Iskan menyatakan pungutan uang layanan penumpang (passanger services charge/PSC) atau lebih dikenal sebagai "airport tax" akan ditiadakan mulai 1 September 2012, yang akan dibebankan dalam tiket pesawat. "Mulai 1 September 'airport tax' diubah. Jadi, nanti jadi satu dengan harga tiket," kata Dahlan.

Penerapan ini akan dimulai oleh PT Garuda Indonesia sebab BUMN aviasi ini sudah memiliki sistem informasi teknologi yang terintegrasi dengan sistem bandara. Selain Garuda Indonesia, Dahlan menyerahkan sepenuhnya penerapan "airport tax" kepada masing-masing maskapai di Indonesia. Langkah ini sebagai awal menuju bandara tingkat internasional, sebab selama ini tidak ada keberanian untuk memasukkan bandara di Indonesia ke dalam sistem ranking internasional.

www.republika.co.id

Kamis, 16 Agustus 2012

Penerbangan Makassar-Luwuk Dilayani Pesawat Sriwijaya Air

Sriwijaya Air
Sriwijaya Terbangi Makassar-Luwuk

Sriwijaya Air kembali buka rute baru, Makassar-Luwuk (Sulteng), mulai Senin, 13 Agustus. Rute itu diterbangi Sriwijaya Air dengan Boeing 737-500. Kapasitasnya terdiri atas 8 kursi kelas eksekutif, 112 kursi ekonomi. "Sriwijaya Air ingin fokus mengembangkan penerbangan di wilayah Indonesia Timur," kata Direktur Komersial Swiwijaya Air Toto Nursatyo melalui rilisnya, Senin 13 Agustus 2012.

Toto mengatakan, sampai saat ini Sriwijaya Air sudah membuka penerbangan ke wilayah-wilayah Indonesia Timur, yaitu Sorong, Manokwari, Jayapura, serta Biak. Sriwijaya Air juga berencana membuka penerbangan dengan rute Jakarta-Sorong dan akan menambah penerbangan ke Mamuju, Sulawesi Barat. Selain rute-rute tersebut, Sriwijaya Air sedang mempertimbangkan untuk membuka rute dari Jakarta ke Kuala Lumpur, Manado, serta Lombok.

Hingga semester I tahun ini, Sriwijaya Air mencatat jumlah penumpang sebanyak 4,2 juta orang. Target hingga akhir 2012 sebanyak 9,2 juta penumpang. Toto berharap target tersebut dapat terpenuhi pada akhir tahun. "Karena antara Juli-Desember, trafik akan lebih besar daripada semester I," kata Toto.

Selain membuka rute baru, Sriwijaya Air akan mendatangkan dua pesawat Boeing 737-500 bulan ini. Pesawat akan didatangkan secara bertahap, yaitu pada 12 Agustus dan 28 Agustus 2012. Pada awal September 2012, Sriwijaya Air juga mendatangkan satu Boeing 737-800. Sampai saat ini, Sriwijaya Air sudah memiliki 32 pesawat. Hingga akhir 2012, Sriwijaya Air menargetkan memiliki total 38 pesawat.

Tertunda

Sementara penerbangan perdana Malang-Makassar-Mamuju yang juga direncakan digelar kemarin masih tertunda. Penyebannya, izin dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) belum lengkap. Toto mengatakan,rute Mamuju-Makassar-Malang akan di skedul ulang. Pihaknya saat ini sedang mempercepat perizinan agar Sriwijaya Air bisa melayani masyarakat Sulawesi. Rute baru ini akan dilayani pesawat Boeing 737-500 dengan kapasitas 120 seat sama seperti Rute Makassar-Luwuk. Pangsa pasar Mamuju-Makassar-Malang cukup prospektif, terutama dari kalangan pebisnis serta pekerja di sektor perkebunan dan pertambangan. "Kita memperkirakan load factor rute Mamuju-Makassar - Malang mencapai 80 persen," ungkapnya.

www.fajar.co.id

Rabu, 15 Agustus 2012

Profil 2 Jenis Pesawat Yang Bakal Jadi Rival N-250

Bombardier Dash-8 Q300
Seberapa Tangguh Pesaing Pesawat N250

Sekitar 50 persen pasar pesawat baling-baling (propeller) dunia berada di Asia Tenggara. Kondisi itu yang membuat Presiden Ketiga RI, BJ Habibie, melalui putra sulungnya, Ilham Akbar Habibie, bertekad membangkitkan kembali proyek pesawat N250 yang sempat mati suri. Untuk itu didirikan PT Ragio Aviasi Industri (RAI), yang 51 persen sahamnya dikuasai oleh PT Ilthabie Rekatama. Sementara itu, 49 persen sisanya dimiliki oleh PT Eagle Cap, perusahaan milik Erry Firmansyah, mantan dirut PT Bursa Efek Indonesia. Rencananya, RAI akan membangun kembali pesawat N250 yang dicetuskan Habibie.

Ilham belum lama ini menjelaskan, setelah Fokker-50 tidak lagi diproduksi oleh Fokker Aviation di Belanda yang pailit pada 1996, otomatis pesaing pesawat N250 tersisa dua, yaitu ATR 72 milik perusahaan pesawat Prancis-Italia ATR, dan Bombardier Dash-8, Kanada.

Lalu, seberapa tangguh pesaing pesawat N250 yang 100 persen rancangan putra-putri bangsa Indonesia itu, berikut profil singkatnya:

ATR 72

ATR 72 merupakan pengembangan dari pendahulunya, pesawat ATR 42. ATR 72 memiliki kapasitas lebih besar, yaitu dari 48 penumpang menjadi 78 penumpang. Pengembangan yang dilakukan dengan memperpanjang lambung pesawat, meningkatkan bentang sayap, memperbaharui mesin, serta meningkatkan kapasitas bahan bakar hingga 10 persen.

ATR merupakan perusahaan pesawat joint venture antara Aerospatiale (sekarang EADS) dengan Aeritalia (sekarang Alenia Aermacchi, bagian dari Finmeccanica Group). ATR 72 diluncurkan pada 1986 dan melaksanakan penerbangan perdananya pada 27 Oktober 1988. Pesawat ATR 72 memiliki beberapa varian, antara lain ATR 72-100, ATR 72-200, ATR 72-210, ATR 72-500, ATR 72-600 serta versi kargo dan VIP.

Bombardier Dash-8

Bombardier Q-Series atau Dash-8 merupakan pesawat baling-baling pabrikan De-Havilland, Kanada, yang saat ini telah bergabung dengan Bombardier. Seri pertama Dash-8, yaitu 100,200 dan 300 diproduksi dari 1984 hingga pertengahan 1990-an. Kelebihan pesawat Dash-8 adalah mampu mendarat di landasan yang belum siap sekalipun dan menjadikan pesawat Dash-8 terkenal menjadi pesawat yang tangguh.

Kelanjutan varian dari Dash-8 adalah Q100/200/300 (Q-Series) yang telah memiliki perbaikan seperti Active Noise and Vibration Suppression (ANVS) yang diklaim senyaman pesawat jet. Kapasitas penumpang pesawat Dash-8 ini bervariasi antara 37-48 penumpang, tergantung varian pesawat. Saat ini, jumlah populasi Dash-8 mencapai 660 pesawat di seluruh dunia.

us.bisnis.news.viva.co.id

Selasa, 14 Agustus 2012

Pacific Royale Airways Datangkan Lagi Pesawat Fokker 50

Pacific Royale Airways Fokker 50
Pacific Royale Airways Tambah 1 unit Fokker 50

Maskapai Pacific Royale Airways menambah satu unit pesawat jenis Fokker 50 sehingga maskapai yang baru beroperasi sejak Juni 2012 ini akan mengoperasikan tiga unit pesawat baling-baling ini dari hub Batam dan Surabaya. "Penambahan pesawat F50 [Fokker 50] ketiga dalam armada kami akan memperluas jangkauan penerbangan ke tujuan-tujuan perintis, yang artinya kami akan menyediakan lebih banyak pilihan bagi para pelanggan Pacific Royale," ujar Pendiri dan CEO Pacific Royale Airways Tarun Trikha, Senin (13/8/2012).

Tarun menambahkan pesawat F50 ketiga Pacific Royale Airways sudah tiba di bandara Halim Perdana Kusuma sejak awal Agustus 2012 dan saat ini pesawat dengan nomor registrasi PK-PRC tersebut berada di bandara Pondok Cabe untuk menjalani proses renovasi selama lima minggu, yang mencangkup upgrade kabin, serta transformasi interior dan eskterior pesawat sesuai dengan warna dan identitias Pacific Royale Airways. "PK-PRC ditargetkan dapat mulai beroperasi pada akhir September 2012 dan akan berbasis di Batam, melayani penerbangan dari Batam ke Pangkal Pinang, Tanjung Pandan dan kembali ke Batam," ucapnya.

Tarun menambahkan keputusan untuk menempatkan F50 ketiga di Batam dikarenakan adanya potensi permintaan pasar untuk rute perjalanan dari dan ke tujuan perintis lainnya ke kota tersebut. Tarun menjelaskan pada tahap selanjutnya, maskapai penerbangan ini akan membuka dua hub lagi yaitu di Jakarta dan Medan dan akan mengoperasikan Airbus 320 untuk penerbangan domestik. Pacific Royale nantinya akan memiliki lima pesawat Fokker 50, empat pesawat Airbus 320 dan satu Airbus 330 pada tahun pertama operasi.

Dalam kurun waktu dua bulan pertama sejak Pacific Royale mulai beroperasi secara komersial, maskapai ini telah berhasil menerbangkan lebih dari 2.000 penumpang dari hub Batam dan Surabaya, dengan tingkat keterisian penumpang atau load factor rata-rata 65%-70% yang diperkirakan meningkat selama musim Liburan Idul Fitri.

Pacific Royale Airways saat ini mengoperasikan dua buah pesawat F50, melayani penerbangan dari dan menuju Batam dan Surabaya. Pesawat yang berbasis di Batam pertama kali mulai terbang secara komersial pada 11 Juni 2012 dan melayani rute ke Jambi, Pekanbaru, Kerinci dan Padang. Sedangkan pesawat yang berbasis di Surabaya melakukan penerbangan perdananya pada 15 Juni 2012 dan kini melayani rute ke Semarang, Pangkalan Bun dan Bandung.

www.bisnis.com

Minggu, 12 Agustus 2012

Mandala Airlines Tawarkan Tiket Promo Penerbangan Jakarta-Bangkok

Mandala Airlines
Hari ini, Mandala Terbang Perdana ke Bangkok

Mandala Airlines (Mandala) hari ini (12/8/2012) meluncurkan penerbangan perdana antara Jakarta dan Bangkok. Pesawat Mandala RI 900 lepas landas dari Jakarta pukul 07.00 WIB. Penerbangan regional yang menghubungkan dua kota metropolitan di Asia Tenggara ini akan beroperasi setiap hari dengan armada Airbus A320 yang baru. "Peluncuran rute Jakarta dan Bangkok ini adalah bagian dari fokus kami untuk membangun koneksi jaringan di Indonesia dan kawasan Asia, sekaligus meningkatkan profil Mandala," ujar Michael Coltman,Presiden Direktur Mandala.

Secara khusus alasan di balik peluncuran rute baru ini adalah profil kedua ibukota, yaitu Jakarta dan Bangkok yang sangat berpotensi. Kedua kota terus berkembang bukan hanya sebagai tujuan bisnis tetapi juga sebagai tujuan wisata. Dan keduanya termasuk dalam lima besar kota dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia Tenggara, berdasarkan studi oleh Brooking’s Institute (Amerika) pada 2011. Ditambah lagi Bandara Soekarno Hatta International Airport (Jakarta) dan Suvarnabhumi International Airport (Bangkok) sama-sama mencatat pertumbuhan jumlah penumpang yang pesat di 2011 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan pertumbuhan sebesar 19,2% dan 12% secara berurutan.

Indonesia juga merupakan salah satu negara yang memiliki ekonomi terbesar di Asia Tenggara. Hal ini pun terefleksi terhadap permintaan untuk berwisata yang terus meningkat. Jumlah wisatawan Indonesia yang bepergian ke luar negeri pada 2012 diperkirakan akan menjadi lebih tinggi dari yang tercatat di 2011 yaitu sebesar 7 juta jiwa. Dengan menghubungkan kedua ibu kota ini, Mandala berharap dapat berkontribusi lebih besar terhadap produktivitas antar negara. "Kami berkomitmen untuk menambah jumlah penumpang dengan menawarkan pilihan penerbangan yang dapat diandalkan dengan tarif menarik, dan memberikan standar tertinggi untuk keselamatan, keamanan dan ketepatan waktu di setiap penerbangan yang kami operasikan," tambah Coltman.

Untuk merayakan peluncuran penerbangan Jakarta-Bangkok, Mandala menawarkan harga promosi khusus mulai dari Rp 699 ribu satu arah (harga sudah termasuk biaya lain-lain). Tarif ini tersedia hingga 26 Oktober 2012, untuk waktu penerbangan antara 10 Agustus hingga 27 Oktober 2012. Saat ini Mandala melayani rute-rute berikut: Jakarta-Kuala Lumpur, Jakarta-Medan-Singapura, dan Jakarta-Bangkok.

bisniskeuangan.kompas.com

Sabtu, 11 Agustus 2012

Mandala Airlines Akan Datangkan 7 Pesawat Baru

Mandala Airlines
Mandala Airlines Tambah Tujuh Pesawat Lagi

Maskapai penerbangan Mandala Airlines akan menambah pesawat terbang baru sebanyak tujuh unit hingga tahun 2013. Saat ini, Mandala Airlines mengoperasikan tiga unit pesawat Airbus 320 dengan empat rute, yakni Jakarta-Medan, Medan-Singapura, Jakarta-Kuala Lumpur, dan Jakarta-Bangkok.

Menurut Direktur Mandala Airlines Devin Wirawan, pihaknya berupaya meraih potensi penumpang dari rute-rute yang pernah ditempuh dulu. Mandala Airlines dengan manajemen baru mulai melakukan penerbangan lagi pada 5 April 2012. "Hanya dalam empat bulan hingga saat ini, pembukaan rute-rute baru yang dilayani Mandala Airlines termasuk bertumbuh pesat. Karena itu, kami optimistis untuk menambah pesawat," kata Devin, Sabtu (11/8/2012) di Bangkok, Thailand.

Meski demikian, Devin belum dapat memastikan berbagai daerah yang akan menjadi tujuan pesawat-pesawat baru tersebut. Hanya saja, Mandala Airlines berupaya meraih pasar penumpang yang menggunakan pesawat dengan tarif rendah.

Soal nilai investasi, Devin mengatakan, jumlahnya masih diperhitungkan. Kompetisi maskapai penerbangan murah saat ini sangat ketat, tetapi ia yakin bisa mengatasi tantangan itu.

bisniskeuangan.kompas.com

Jumat, 10 Agustus 2012

Pesawat N-250 Akan Akan Dirancang Ulang Oleh BJ Habibie

Pesawat N-250
Habibie Redesain Pesawat N-250

Mantan Presiden BJ Habibie bertekad mewujudkan kembali mimpinya agar pesawat komersial tipe N-250, yang pernah terbang 17 tahun silam, bisa mengangkasa lagi. Ia mengungkapkan langkah mewujudkan impian itu saat berbicara di Bandung pada Jumat (10/8). Dua perusahaan, yakni PT Eagle Cap milik mantan Dirut Bursa Efek Jakarta, Eri Firmansyah dan PT il Thabie milik dua anak Habibie yakni Ilham dan Thareq, yang menyatu di bawah bendera PT Radio Aviation Industry (RAI), akan mendanai program N-250 itu. Menurut Habibie, N-250 akan diredesain sesuai dengan selera pasar. "Saya yang punya gambarnya," kata mantan Menteri Ristek dan Teknologi era Presiden Soeharto ini.

Mesin pesawat juga akan diperbarui. Semua ditanganinya. "Mereka (BPPT dan PT DI) tidak akan bisa membuat pesawat kalau tidak punya gambarnya," kata mantan Dirut PT Dirgantara Indonesia (PT DI) itu.

Habibie telah mematenkan seluruh rancangannya. Bapak Teknologi Indonesia itu akan berkontribusi pada sumber daya manusia dan rancang bangun pesawat. "Kalau urusan bisnis, biar anak-anak saya," tambahnya.

Habibie bertambah optimistis karena banyak mantan anak buahnya yang bekerja di industri pesawat terbang asing akan kembali ke Indonesia. "Mereka sudah menelepon eyang (panggilan akrab Habibie) menanyakan kapan bisa pulang dan bekerja," ujar Habibie tersenyum lebar.

Pada kesempatan terpisah, Eri Firmansyah mengatakan perjanjian kerja sama PT Eagle Cap dan PT il Thabie sudah ditandatangani sekitar sepekan yang lalu. Namun, Eri belum bisa memerinci kapan program pengadaan pesawat berbaling-baling itu dimulai. "Ini masih tahap awal. Sesudah (penandatanganan) masih akan dilakukan studi karena spesifikasinya berubah," katanya.

Dengan digulirkannya kembali program pesawat N-250, Eri berharap bisa menggairahkan industri penerbangan baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia mampu memproduksi pesawat sendiri.

Sumber daya manusia (SDM) Indonesia tidak kalah jika dibandingkan dengan SDM Amerika, Eropa, serta negara maju lainnya. Habibie membuktikan itu. Menurut dia, di dunia ini baru dua orang yang mendapatkan medali emas Edward Bruner Award, penghargaan yang diberikan badan penerbangan sipil dunia bentukan PBB. Medali itu hanya diberikan setiap 50 tahun sekali. Habibie adalah orang kedua di dunia yang mendapat penghargaan itu untuk kategori ahli perancang keselamatan dan keamanan penerbangan sipil. Penghargaan diberikan pada 7 Desember 1994 di Montreal, Kanada, sembilan bulan menjelang peluncuran N-250. "Ini fakta sejarah bahwa kualitas SDM Indonesia sama dengan Eropa, Jepang, Amerika, dan China," tegasnya.

Habibie mengaku tidak akan melupakan jasa anak Indonesia yang dulu bekerja di IPTN dan BPPT mewujudkan N-250 dan N-130 bermesin jet. Sampai sekarang Habibie masih memercayai SDM Indonesia. Dengan cara itu dia berharap ada regenerasi para ahli penerbangan. "Saya mengharapkan ITB, UI, UGM kembali digiatkan dalam riset-riset yang mendukung inovasi nasional," katanya lagi.

www.metrotvnews.com

Selasa, 07 Agustus 2012

Akuisisi AirAsia Atas Batavia Air, Terbentur Regulasi?

Batavia Air
Jalan terjal AirAsia akuisisi Batavia

Pengumuman di penghujung Juli mengejutkan dunia penerbangan di Tanah Air, karena maskapai penerbangan milik Malaysia, AirAsia, berniat mengakuisisi maskapai penerbangan nasional, Batavia Air, dengan nilai pembelian 80 juta dolar AS. Proses untuk mengakuisisi Batavia Air itu dilakukan oleh AirAsia melalui AirAsia Berhad (perusahaan asal Malaysia) dan PT Fersindo Nusaperkasa (pemegang saham mayoritas PT Indonesia AirAsia). "Setelah berbulan-bulan bernegosiasi, kami akhirnya dapat mencapai kesepakatan untuk menjalin hubungan antara AirAsia dan Batavia Air," kata CEO AirAsia Berhad, Tony Fernandes, dalam acara jumpa pers di Jakarta, Kamis (26/7).

Menurut Tony Fernandes, Batavia Air mengisi kepingan "puzzle" secara sempurna dalam rencana bisnis perusahaan yang dimilikinya antara lain karena Batavia Air memiliki pasar domestic yang kuat. Dengan melakukan "pernikahan yang sempurna" ini, ujar dia, AirAsia menargetkan akan menguasai lebih banyak lagi pangsa pasar penerbangan di Indonesia yang memiliki banyak potensi turisme.

Ia juga menuturkan, dengan jalinan kerja sama tersebut juga diharapkan akan dapat menarik semakin banyak wisatawan yang akan berkunjung ke Indonesia dan membuat semakin banyak warga yang dapat terbang. Tony Fernandes mengemukakan, saat ini AirAsia Indonesia menguasai sekitar tiga persen pangsa penumpang rute domestik dan 41 persen pangsa pasar internasional.

Sementara itu Presiden Direktur Fersindo, Dharmadi, memaparkan bahwa AirAsia Berhad akan memiliki saham di Batavia sebesar 49 persen dan Fersindo sendiri menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 51 persen. Dharmadi yang juga menjabat sebagai Presiden Direktur AirAsia Indonesia mengemukakan, akuisisi 100 persen saham Batavia akan dilakukan dalam dua tahap, yaitu pertama melalui akuisisi saham mayoritas 76,95 persen. Selanjutnya, dilanjutkan dengan akuisisi saham sebesar 23,05 persen yang diharapkan akan selesai pada kuartal kedua 2013, berdasarkan persetujuan regulator di Indonesia.

Setelah akuisisi dilakukan, Indonesia AirAsia akan melayani lebih dari 8 juta penumpang di 42 kota di Indonesia dan 12 destinasi internasional. Selain itu, pembelian saham Batavia Air juga secara otomatis akan menambah jumlah armada Indonesia AirAsia.

Presiden Direktur Batavia Air, Yudiawan Tansari, mengatakan langkah akuisisi ini dilakukan karena persaingan yang ketat sehingga Batavia Air harus membuat aksi perusahaan dan tindakan yang dipilih adalah dengan menjalin pola kemitraan dengan maskapai Air Asia. "Pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia yang begitu pesat membuat saya percaya bahwa Batavia Air membutuhkan skala yang lebih besar untuk bersaing dan berkembang," kata Yudiawan Tansari.

Saham di Malaysia naik

"Woro-woro" akuisisi pun berbuah manis buat AirAsia di negeri asalnya. Sehari kemudian pasar saham di negeri jiran itu mengapresiasi dengan naiknya harga saham AirAir dua sen menjadi 3,75 ringgit. Harga saham tersebut bergerak antara 3,75 ringgit dan 3,71 ringgit dengan penjualan sebanyak 1,5 juta lembar saham.

Dalam pernyataan yang dikutip kantor berita Bernama, Hong Leong Investment Bank Research (HLIB Research) mengatakan akuisisi tersebut memungkinkan AirAsia mengembangkan armada dan jaringannya serta meraup pangsa pasar yang lebih besar. "Batavia merupakan maskapai domestik terbesar ketiga di Indonesia dengan pangsa pasar 14,2 persen, sehingga melengkapi pasar internasional terbesar AirAsia di Indonesia," kata pernyataan dari HLIB Research tersebut.

Namun langkah menguasaan AirAsia terhadap Batavia nampaknya tidak akan semudah dugaan Tony Fernandes. Kementerian Perhubungan menyatakan bahwa pihaknya belum menerima surat resmi terkait dengan proses akuisisi maskapai penerbangan Batavia Air yang dilakukan oleh maskapai penerbangan AirAsia. "Belum ada surat resmi ke Kementerian Perhubungan tentang hal (akuisisi) itu," kata Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bhakti di Jakarta, Jumat (27/7).

Dengan demikian, menurut dia, maka juga belum ada kepastian apakah pihak Kementerian Perhubungan akan menyetujui atau malah menolak perjanjian akuisisi tersebut. Ia memaparkan salah satu hal yang akan dilihat adalah apakah kesepakatan akuisisi tersebut selaras dengan aturan perundang-undangan yang berlaku seperti ketentuan mengenai pemilik saham mayoritas.

Tidak hanya dari Kemenhub, persoalan juga muncul dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang minta PT Indonesia AirAsia dan PT Fersindo Nusa Perkasa agar melaporkan rencana akuisisinya terhadap PT Metro Batavia Grup, pemilik maskapai Batavia Air. "Perusahaan tidak boleh tidak melakukan notifikasi dengan alasan akumulasi omzetnya di bawah Rp5 triliun atau asetnya tidak melebihi Rp2,5 triliun, karena KPPU-lah yang berwenang menentukan dan menilai," kata Ketua KPPU Tadjuddin Noer Said di Jakarta, Senin (30/7).

Menurut Tadjuddin, rencana akuisisi tersebut wajib dilaporkan berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2010 tentang Penggabungan dan Peleburan Badan Usaha. AirAsia Indonesia selaku perusahaan yang mengakuisisi harus melakukan notifikasi (pemberitahuan) tentang akuisisi yang dijalankan dalam 30 hari kerja sejak akuisisi terjadi secara efektif.

Terdapat tiga hal yang membuat AirAsia dan Fersindo harus melaporkan rencana akuisisi tersebut, yaitu akumulasi merger aset AirAsia lebih dari Rp2,5 triliun dan atau akumulasi omzet lebih dari Rp5 triliun. kemudian perusahaan yang melakukan merger tidak terafiliasi satu sama lain atau bukan dari satu perusahaan induk, dan terakhir akuisisi ini melibatkan perusahaan asing dan salah satunya punya produk yang beredar di Indonesia.

Penilaian merger atau akuisisi oleh KPPU ini tidak terkait dengan status hukum pelaku usaha apakah perusahaan asing atau domestik, namun lebih pada konsentrasi pasar HHI (Hirscman-Herfindahl Indeks) yang terbentuk dari akuisisi ini serta justifikasi dan dampaknya pada pasar. Tadjuddin mengatakan, justifikasi dan dampak tersebut dilihat dari empat parameter, yaitu menyebabkan "entry burrier" pada pesaing, menghilangkan efisiensi usaha, ternyata tidak benar-benar dibutuhkan untukm menghindari pailit dan menciptakan perilaku persaingan usaha tidak sehat. "Jadi, KPPU tidak akan membatalkan hanya karena posisi dominan atau monopolinya konsentrasi pasar yang terbentuk pascamerger namun pada penilaian atas empat parameter itu," katanya.

Berpotensi Denda Miliaran Rupiah

Setali tiga uang dengan hambatan terjal rencana akuisisi Batavia, Ketua KPPU juga menegaskan bahwa AirAsia berpotensi terkena denda sebesar Rp1 miliar per hari bila tidak melaporkan rencana akuisisi yang dilakukan terhadap Batavia Air. Tadjuddin mengatakan bila akuisisi yang dilakukan AirAsia terhadap Batavia Air telah berlaku efektif dan tidak dilaporkan kepada KPPU dalam jangka waktu 30 hari, maka pihak yang mengakuisisi dapat terkena ancaman denda Rp1 miliar per hari.

"Hukuman" ini mengacu kepada Peraturan Pemerintah No 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) PP 57/2010, penggabungan atau peleburan badan usaha, atau pengambilalihan saham perusahaan lain yang membuat nilai aset dan/atau nilai penjualannya melebihi jumlah tertentu wajib diberitahukan secara tertulis kepada KPPU paling lama 30 hari sejak efektifnya secara yuridis hal tersebut. Sedangkan jumlah tertentu sebagaimana yang dimaksud pada ayat tersebut terdiri atas nilai aset yang lebih besar dari Rp2,5 triliun dan/atau nilai penjualan yang lebih besar dari Rp5 triliun.

Sementara dalam ayat (6) di pasal yang sama menjelaskan, dalam hal pelaku usaha tidak menyampaikan pemberitahuan tertulis tersebut, maka pelaku usaha itu dikenakan sanksi berupa denda administratif sebesar Rp1 miliar untuk setiap hari keterlambatan, dengan ketentuan denda administratif secara keseluruhan paling tinggi sebesar Rp25 miliar. Saat ini, menurut dia, KPPU telah membentuk tim untuk menentukan secara pasti berapa nilai aset dan nilai penjualan yang terkumpul bila akuisisi yang dilakukan AirAsia terhadap Batavia Air benar-benar terjadi.

Tampaknya, jalan terjal masih akan menghadang maskapai AirAsia yang berhasrat untuk mengakusisi maskapai Batavia Air. Berhasilkan AirAsia?

www.antaranews.com