Rute penerbangan Denpasar-Labuan Bajo-Tambolaka yang dilayani maskapai Garuda Indonesia identik dengan rute penerbangan pariwisata yang makin meningkat jumlah peminatnya. Berkaitan dengan animo pengguna jasa penerbangan pada rute Denpasar-Labuan Bajo-Tambolaka tersebut, pihak Garuda Indonesia kini tengah mempertimbangkan untuk menambah lagi jadwal penerbangan pada rute ini. |
Garuda Indonesia, ATR 72-600. |
Garuda Indonesia Bali mengkaji penambahan frekuensi penerbangan dari Denpasar ke wilayah Nusa Tenggara Timur untuk memenuhi tingginya permintaan wisatawan ke daerah itu. General Manager Garuda Indonesia Bali Syamsuddin J S mengatakan jadwal yang akan ditambah adalah Denpasar-Labuan Bajo menjadi tiga kali sehari dari sekarang satu kali sehari, dan membuka rute baru Denpasar-Dili.
Namun, jenis pesawat yang akan digunakan melayani di rute tersebut belum diputuskan, karena masih harus menungu kajian. "Kami lagi melakukan kajian, semua tergantung fasilitas bandara di sana apakah sudah siap atau tidak, karena persyaratan kami ketat," ujarnya, Selasa (30/9/2014).
Saat ini rute penerbangan Denpasar-Labuan Bajo-Tambolaka dilayani satu kali penerbangan per hari, yaitu pukul 06.15, dan dari Tambolaka-Labuan Bajo-Denpasar pukul 09.20. Tipe pesawat yang digunakan adalah ATR 72-600. Setiap hari tingkat keterisian penumpang rute tersebut mencapai 80%.
Menurutnya, banyak permintaan agar Garuda Indonesia melayani penerbangan ke daerah itu tidak hanya satu kali per hari. Bahkan, bila memungkinkan maskapai milik pemerintah ini melayani penerbangan pada malam hari. Pasalnya, wisatawan menginginkan transportasi nyaman dari dan menuju Bali dan Labuan Bajo lebih banyak.
Syamsuddin meyakini jika penambahan frekuensi berhasil dilakukan, tingkat keterisian penumpang akan besar, lantaran besarnya potensi wisata di daerah itu. Selain itu, penambahan itu sejalan dengan upaya maskapai yang melantai di bursa ini menghubungkan kota-kota terpencil di Indonesia. "Permintaan turis yang datang ke Bali harus dilayani, karena mereka kalau hanya di sini saja bisa bosan. Mungkin untuk yang pertama kali cukup hanya di Ubud saja, tetapi kalau sudah sering ya bosan," kata Syamsuddin.
Namun, rencana menambah frekuensi penerbangan ke timur masih terhadang masalah infrastruktur bandara. Fasilitas di bandara Labuan Bajo, dan Tambolaka yang coba didarati oleh maskapai ini belum dilengkapi lampu runway. Alhasil maskapai hanya bisa mendarat pada pukul 07.00-17.00. Sementara, maskapai menginginkan jam penerbangan malam hari dibuka karena penuhnya jam premium.
Sejak empat bulan lalu, upaya permintaan perbaikan infrastruktur bandara sudah diajukan ke pihak terkait, tetapi belum mendapatkan tanggapan. Infrastruktur yang diminta tidak hanya lampu runway melainkan juga fasilitas pendukung untuk keamanan bagi penumpang. "Dari Garuda Indonesia sudah usulkan, karena ini kepentingan bersama, tetapi mungkin ada kendala di anggaran pemerintah daerah dan otoritas bandara," tutur Syamsuddin.
industri.bisnis.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar