|
Roket Panah Api Prajurit Kerajaan Mongol. ZonaAero | Sejarah Teknologi Roket. |
Roket sudah sejak lama dibuat dan digunakan oleh manusia. Menurut beberapa catatan menuliskan bahwa orang China telah menyertakan pemakaian
roket dalam ritual agama dan sebagai pertunjukan hiburan pada sekitar 300 tahun sebelum masehi. Roket pada waktu itu kegunaannya sama seperti mainan petasan yang sering kita lihat pada saat menjelang atau sesudah hari raya. Bahan bakar yang digunakan pada roket buatan orang China pada waktu itu berupa bubuk mesiu. Hampir mirip seperti yang digunakan oleh petasan jaman sekarang itu. Kemudian pada tahun 1232 masehi, roket mulai digunakan dalam perang atau pertempuran pada saat penyerbuan dan pengepungan tentara Mongol pada kota Kai Feng Fu. Roket yang digunakan dalam pertempuran saat itu masih berukuran kecil dan disebut dengan nama panah api.
|
Roket Torpedo, Konsep Joanes de Fontana. |
Pada abad 13 hingga 19 masehi
roket masih belum mengalami perkembangan yang berarti. Meskipun sudah makin banyak digunakan orang, umumnya dalam perang. Roket masih menggunakan bahan bakar yang terbuat dari bubuk mesiu. Tapi telah ditemukan beberapa catatan tentang percobaan pembuatan roket antara abad 13 sampai 15. Salah satunya adalah catatan yang dibuat oleh Joanes de Fontana dari Italia. Menurut catatan itu beliau pernah berusaha merancang torpedo yang dilengkapi dengan roket untuk menyerang kapal laut.
|
Roket buatan Robbert H. Goddard. |
Bermula dari novel
Beberapa cerita tentang perjalanan ruang angkasa juga sudah ditulis orang pada kurun sebelum abad 20. Misalnya Legenda Wan-Hoo di negeri China yang mengisahkan tentang usaha Wan-Hoo untuk membuat kursi terbang yang dipasangi dengan 47 buah roket. Atau From Earth to The Moon, novel karya Jules Verne (1865) dan The War of The Worlds novel karya H.G. Wells (1898). Dan ternyata kedua novel itulah yang menurut orang telah menginspirasi 3 orang
ahli roket yang digelar sebagai perintis era roket modern pada awal abad 20. Ketiga orang itu adalah Hermann Oberth, Robbert H. Goddard, dan Wernher von Braun.
Beberapa
roket ilmiah berhasil dibuat dan diluncurkan oleh Robbert Goddard. Meskipun pada awalnya hanya bisa mencapai ketinggian 12 meter, tapi itulah roket yang telah tercatat sebagai awal sejarah era peroketan modern. Goddard beruntung karena mandapat dukungan dana dari pemerintah AS. Hal yang sama tidak dialami oleh Hermann Oberth. Konsep roket berbahan bakar jarak jauh yang telah disusunnya malah ditolak oleh militer Jerman. Untuk menghilangkan rasa kecewanya, Oberth mempublikasikan konsepnya itu pada buku yang berjudul Die Rakete zu den Planetenraumen. Dalam versi bahasa Inggris judulnya diubah menjadi Rocket into Planetary Space.
|
Roket V-2 rancangan Wernher von Braun. |
Meskipun masih satu negara, nasib Wernher von Braun tidak seburuk Oberth. Braun justru bisa dianggap lebih sukses dalam pengembangan roket dibanding usaha-usaha serupa yang telah lebih dulu dilakukan oleh pakar roket lainnya. Militer Jerman benar-benar memanfaatkan keahliannya itu. Pada 1934 ia direkrut oleh lembaga riset Angkatan Bersenjata Jerman, untuk mengadakan riset tentang roket, guna memantapkan Hitler melangkah ke Perang Dunia II. Riset yang sangat dijaga kerahasiaannya itu berhasil mengembangkan roket A-3 dengan tinggi 137 cm dan berstabilisasi giroskopis, yang berhasil diluncurkan dengan ketinggian 2 km. Roket A-3 masih mengalami perkembangan sampai menjadi A-4 atau dikenal juga dengan V-2 (Vengeance Weapon Number 2).
|
Roket Saturn V. |
Setelah kekalahan Jerman pada PD-II, von Braun dan anggota penelitiannya menyerahkan diri ke AS. Dan mulai sejak itu giliran Amerika yang memanfaatkan kejeniusan ahli roket ini. Selama kurang lebih 20 tahun Wernher von Braun memberikan sumbangan nyata bagi perkembangan usaha manusia untuk mewujudkan rencana perjalanan ruang angkasa. Sumbangannya itu antara lain dengan mengembangkan roket Redstone yang telah menghantarkan Alan B. Shepherd hingga ke orbit pada tahun 1961. Kemudian disusul dengan pembuatan
roket Saturnus 1, Saturnus 1B, hingga Saturnus V. Von Braun juga dilibatkan dalam pelaksanaan proyek penerbangan berawak seperti : Mercury, Gemini dan proyek Apollo yang telah berhasil mendaratkan Neil Amstrong dan Edwin Aldrin di bulan pada tanggal 20 Juli 1969. Setelah selesainya proyek Apollo, Wernher von Braun mengundurkan diri dari NASA pada tahun 1972.
Ketika negara Uni Sovyet sudah terpecah dan tidak ada lagi, maka Amerika menjadi negara nomor satu dalam perlombaan eksplorasi angkasa luar. Sebelumnya negara ini harus bersaing ketat dengan Uni Sovyet. Kedigdayaan di angkasa luar ini makin dikukuhkan dengan keberhasilan pelaksanaan program Space Shutle, pesawat ulang-alik. Program pesawat ulang-alik ini membuat perjalanan ke ruang angkasa menjadi lebih murah dan praktis karena modulnya bisa digunakan berulang-ulang. Tidak seperti sebelumnya yang hanya bisa digunakan sekali pakai.