Cari di Blog Ini

Kamis, 04 Februari 2016

E-Fan 2.0, Pesawat Terbang Bertenaga Listrik Buatan Prancis

E-Fan 2.0 adalah pesawat terbang bertenaga listrik yang telah dirancang dan dikembangkan oleh pabrikan pesawat Airbus Group dari Prancis. Prototipe pesawat ini hanya mampu mengangkut 2 orang, yaitu pilot dan ko-pilot. Meskipun demikian, E-Fan 2.0 yang telah berhasil terbang melintasi Selat Inggris ini merupakan pesawat terbang generasi baru yang bebas suara berisik dan bebas emisi karbon.

E-Fan 2.0. ZonaAero
E-Fan 2.0.
Ini Dia Pesawat Bertenaga Listrik Rancangan Prancis.

Memproduksi dan menjual pesawat terbang yang tidak mengeluarkan suara yang berisik dan juga tidak melepaskan emisi karbon di udara saat terbang menjadi keinginan pabrikan pesawat Airbus Group. Dan keinginan itu tak lama lagi akan segera direalisasikan. Airbus telah berhasil membuat prototipe pesawat bertenaga listrik yang diberi nama E-Fan 2.0 dan pesawat ini telah berhasil menjalani uji coba dengan terbang dari Lydd di Inggris dan menyeberangi Selat Inggris lalu mendarat di Calais, Prancis. Uji coba penerbangan pesawat bertenaga listrik E-Fan 2.0 ini menempuh jarak 563 kilometer selama satu jam penerbangan. "Prototipe pesawat ini membalikkan prestasi bersejarah Louis Bleriot," kata Kepala Teknologi Airbus Group, Jean Botti, kepada Flight Global. Pesawat ringan ini baru pada tahap untuk latihan terbang dan hanya mampu memuat dua orang, satu pilot dan ko-pilot.

Airbus hendak meniru semangat sejarah perancang dan penerbang pertama Prancis, Louis Bleriot (1872-1936), yang berhasil menerbangkan pesawat untuk pertama kalinya melintasi Selat Inggris pada 1909. Berkat penerbangan bersejarah ini, Bleriot meraih hadiah 1.000 pound sterling.

E-Fan 2.0 pernah diterbangkan dalam perhelatan Paris Air Show di Le Bourget, 15-21 Juni 2015. Selama pameran, E-Fan 2.0 diterbangkan berulang-ulang untuk menunjukkan kehebatan pesawat dari pabrikan Prancis itu.

Produksi versi 2.0 akan dirakit di Pau Pyrenees Airport di barat daya Prancis, yang dikenal sebagai Lembah Aerospace. "Ini akan menjadi pabrik masa depan," kata Jean Botti. Harga jual seri ini berkisar 150 ribu sampai 200 ribu, sekitar dua pertiga harga pesawat bermesin piston berukuran sama.

Menurut Kepala Desainer E-Fan Bruno Saint-Jalmes, manajemen sistem listrik dilakukan penuh oleh sistem digital (e-FADEC) untuk mengurangi beban kerja pilot.

Sampai saat ini E-Fan menggunakan baterai litium polimer. Tapi insinyur Airbus kini telah menginstal baterai lebih berat dengan sistem baterai litium ion padat. Penambahan baterai seberat 30 kg telah memaksa insinyur E-Fan menghapus sebagian beban berat dari pesawat. Tapi instalasi tambahan ini mampu menyediakan daya 160 W per kg, bandingkan dengan 100 W per kg jika menggunakan sistem baterai litium polimer.

Mulai 2017 pesawat ringan ini akan diproduksi untuk memenuhi permintaan pasar. Setidaknya dalam setahun akan diproduksi 10 unit. Seri 4.0, yang bisa memuat empat orang, akan dikembangkan dua tahun berikutnya.

Airbus bermimpi, pada 2050 pesawat listrik buatannya mampu memuat 90 orang untuk penerbangan regional jarak pendek. "Kami tidak berbicara tentang sebuah pabrik raksasa," kata Jean Botti kepada ShowNews. "Ini adalah cara baru terbang."

Airbus menyatakan penerbangan bertenaga listrik mungkin satu-satunya cara untuk memenuhi target Uni Eropa pada 2050 yang bertekad mengurangi emisi karbon dari penerbangan sebesar 75 persen dan tingkat kebisingan 65 persen dari level yang ditetapkan pada 2000.

tekno.tempo.co

Maskapai Yang Melayani Rute Penerbangan Indonesia - Korea Selatan

Rute penerbangan dari dari Bandara Internasional Soekarno Hatta di Tangerang menuju Bandara Internasional Incheon di Korea Selatan dilayani oleh cukup banyak maskapai penerbangan internasional. Umumnya maskapai-maskapai ini berbasis di negara-negara Asia. Para calon penumpang bisa memilih salah satu maskapai tersebut dengan menyesuaikan dana yang tersedia.

Bandara Internasional Incheon, Korea Selatan. ZonaAero
Bandara Internasional Incheon, Korea Selatan.
Aneka Penerbangan ke Negeri Ginseng.

Ada banyak maskapai penerbangan yang bisa dipilih untuk bepergian dari Indonesia menuju negara Korea Selatan. Para calon penumpang pesawat dari tanah air tinggal menyesuaikan budget yang tersedia dalam memilih layanan penerbangan untuk terbang ke negeri ginseng tersebut.

Korea Selatan merupakan negara yang memiliki banyak bandara, namun pada umumnya para traveler banyak memilih Bandara Internasional Incehon di Incheon sebagai tujuan pendaratan. Ada cukup banyak maskapai yang melayani jalur penerbangan dari dari Bandara Internasional Soekarno Hatta di Tangerang menuju Bandara Internasional Incheon. Beberapa maskapai penerbangan tersebut adalah Garuda Indonesia, Korean Air, AirAsia, Malaysia Airlines, Singapore Airlines, Thai Airways, China Southern, China Airlines, Asiana, Philippine Airlines, Vietnam Airlines dan Cathay Pacific. Jika diasumsikan traveler berangkat tanggal 14 Maret 2016. Ada lebih dari belasan penerbangan yang masih tersedia.

Untuk penerbangan dengan harga paling ramah kantong, maskapai budget AirAsia kelas ekonomi punya sekitar 7 penerbangan dengan 1 kali transit dan tiba keesokan harinya. Keberangkatan mulai pukul 06.25 WIB hingga malam hari pukul 20.25 WIB. Harganya mulai dari Rp 2.000.000.

Jika punya budget lebih dan ingin tiba lebih cepat, bisa memilih maskapai Tiongkok seperti China Southern, ada penerbangan ekonomi jam 13.35 WIB dengan 1 kali transit seharga sekitar Rp 6.138.100. Air China punya penerbangan ekonomi tengah malam pukul 00.40 WIB, harga tiketnya Rp 6.904.200. Berangkat siang hari pukul 14.30 WIB, ada China Airlines kursi ekonomi seharga Rp 7.542.201.

Vietnam Airlines menyediakan keberangkatan siang hari jam 13.45 WIB 1 kali transit. Harga tiket ekonomi sekitar Rp 6.521.901. Dengan waktu keberangkatan dan harga yang hampir sama, traveler juga bisa memilih Philippine Airlines.

Kalau mau naik maskapai asal Taiwan, Eva Air, salah satu penerbangan kelas ekonominya ada yang berangkat pukul 14.20 WIB. Pesawat berangkat dengan 1 kali transit dan harga tiket Rp 9.250.650.

Maskapai Malaysia Airlines untuk rute yang sama dengan kursi kelas ekonomi dan 1 kali transit ada 4 penerbangan mulai pukul 18.25 dan 19.50, dengan harga mulai dari Rp 4.809.000. Sedangkan kelas bisnis harganya mulai dari Rp 21.277.000.

Maskapai Cathay Pacific menyediakan sekitar 20 penerbangan dengan 1 kali transit di Hong Kong, dengan keberangkatan jam 00.05 hingga 14.35 WIB. Harga kelas ekonomi terendah Rp 10.411.000 dan bisnis Rp 23.636.000.

Tak ketinggalan, Thai Airways juga punya 4 penerbangan pukul 13.05 WIB dengan 1 dan 2 kali transit. Biaya kelas ekonomi mulai dari Rp 6.331.900 dan bisnis mulai dari Rp 19.287.700. Untuk Singapore Airlines 1 kali transit ada lima penerbangan mulai pukul 09.20 hingga 20.20 WIB, dengan biaya kelas ekonomi mulai dari Rp 14.639.100 dan kelas bisnis mulai dari Rp 41.260.600.

Kalau mau naik penerbangan langsung tanpa transit dengan lama sekitar 7 jam, ada maskapai Garuda Indonesia dan Korean Air yang bisa jadi pilihan. Pada tanggal tersebut, untuk Garuda Indonesia ada 1 penerbangan langsung yaitu pukul 23.30 WIB seharga sekitar Rp 3.213.900 untuk kursi kelas ekonomi. Untuk kelas bisnis biaya tiketnya berkisar Rp 16.137.900.

Korean Air juga memiliki 2 pilihan penerbangan langsung pukul 08.20 dan 22.00 WIB kelas ekonomi Rp 5.723.400. Buat kelas bisnis harganya berkali lipat lebih mahal yaitu Rp 32.669.400 dan Rp 37.802.400.

Dari berbagai penerbangan yang ada, traveler tinggal memilih sesuai tanggal liburan dan budget. Sebaiknya, pesanlah tiket sejak jauh-jauh hari supaya harga tiket yang didapat bisa lebih murah.

travel.detik.com