Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (Amerika Serikat) di angka 14% secara year on year (yoy) mendorong PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) meningkatkan rute penerbangan internasional di 2014. Ini karena perusahaan juga ingin meraup pendapatan dalam mata uang dolar AS. Itu dikatakan Emirsyah Satar, Direktur Utama PT Garuda Indonesia, di Jakarta, Selasa (17/12/2013). Saat ini, rute penerbangan domestik Garuda Indonesia mencapai 55%. Sisanya melayani penerbangan internasional.
Menurut Emirsyah Satar, maskapai yang melayani rute penerbangan domestik terbebani pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Ini disebabkan pendapatan operasional dalam mata uang rupiah, tapi biaya pengeluaran menggunakan dolar AS. "Airline yang melayani domestik dan internasional mau tidak mau hampir sebagian bisa ter-cover atau subsidi silang, tapi tetap nombok sedikit," terang Emir.
Pembiayaan operasional maskapai penerbangan sebesar 60% menggunakan dolar AS, khususnya untuk perawatan, sewa pesawat, dan konsumsi bahan bakar. Hal itu terlihat dari pengurangan pesawat untuk anak perusahaan Garuda Indonesia, PT Citilink Indonesia. "Citilink menurunkan rencana penambahan enam pesawat menjadi tiga pesawat," ungkap Emir.
Untuk menekan konsumsi bahan bakar, Garuda Indonesia meningkatkan utilisasi pesawat. Di sisi lain, ada implementasi penerbangan langsung. "Semua dilakukan agar menutupi kenaikan biaya akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," jelas Emir.
Indonesian National Air Carriers Assosiation (INACA) mengajukan perubahan tarif batas atas penerbangan atau pengenaan surcharge bagi penerbangan domestik berdasarkan waktu tempuh. Perubahan biaya akan dibebankan kepada konsumen moda transportasi angkutan udara.
www.metrotvnews.com