Cari di Blog Ini

Sabtu, 05 Mei 2012

Pembangunan Sekolah Penerbangan Luwu Raya Terkendala Masalah Lahan

Bandara Lagaligo Bua Luwu Sulawesi Selatan
Sekolah Penerbangan akan Dibangun di Makassar

Sekolah Penerbangan yang diharapkan menjadi salah satu kebanggaan masyarakat di Luwu Raya terancam batal dibangun di Luwu. Kendalanya lahan. Saat ini, pemikiran baru dari pemprov muncul, sekolah penerbangan ini bisa dipindahkan ke Untia, Makassar. Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (Hubkominfo) Sulsel, Masykur Sultan mengatakan, pemerintah pusat sudah mendesak soal kejelasan lahan. Hanya saja, sampai saat ini, belum bisa dituntaskan. "Sekolah penerbangan itu pasti di Sulsel. Kita meminta supaya di Luwu.Tapi yang diperlukan adalah segera penyelesaian tanah, sebab pusat meminta sertifikat segera selesai. Dan sampai sekarang belum ada sertifikat tersebut," kata Maskur.

Karena itu, menurut Maskur, muncul pemikiran baru. "Kalau memang susah tanahnya, kita gabungkan saja semua di Untia. Kan STKIP juga sulit tanahnya di Maros. Kayaknya lebih gampang melakukan perluasan tanah di Untia," jelasnya.

Wacana memindahkan sekolah penerbangan ke Untia ini sudah mengemuka. "Wacana yang berkembang seperti itu," bebernya. Sebenarnya, proses pembebasan lahan dan sertifikasi ini sudah ditargetkan pusat harus selesai akhir tahun lalu. "Kita tetap meminta ke pusat supaya dipertimbangkan baik-baik. Sebab semua kesiapan sebenarnya sudah berjalan. Bagaimanapun pemda juga sudah jalan," jelasnya.

Maskur berharap proses yang berlangsung di Luwu mesti tetap dihargai. "Pokoknya kita meminta untuk dihargai sementara proses yang berlangsung di Luwu. Kan wacana pembangunannya juga mulai 2013," katanya.

Untuk lahan di Luwu sendiri, Maskur mengatakan, luasnya 50 ha. Semua itu mesti disertifikasi. Tanah untuk persiapan sekolah penerbangan ini berada di samping bandara. "Kendala sertifikasi rupanya anggaran di Luwu. Mungkin karena keterbatasan anggaran dia bagi dua tahun anggaran, tahun lalu sama tahun ini. Tahun ini baru diusahakan selesai lalu melangkah ke sertifikasi. Sementara pusat desakannya keras. Tapi kita minta supaya dihargai proses yang berlangsung di daerah," ujar Maskur.

www.fajar.co.id