Menteri Koordinator Perekonomian Republik Indonesia, Hatta Rajasa mengatakan, Kabupaten Karawang merupakan daerah yang sedang diteliti mendalam untuk dijadikan sebagai lokasi perluasan Bandara Soekarno-Hatta (Soeta). Pasalnya, kapasitas Bandara Soeta sudah sangat padat dan sulit diperluas lagi. Hatta Rajasa mengatakan hal itu saat membuka acara makan bakso 15 ribu mangkuk bersama masyarakat Karawang di Lapangan Karangpawitan, Kecamatan Karawang Barat, Sabtu (1/3/2014). "Karawang merupakan daerah yang strategis. Kemajuan Karawang sangat mempengaruhi Ibukota Indonesia," ujar Hatta Rajasa.
Dikatakan juga, Karawang merupakan daerah industri yang berintegrasi dengan pertanian. Sejauh ini, Pemerintah Kabupaten setempat masih mampu menselaraskan kemajuan industri tanpa mengganggu areal pertanian. Dikatakan juga, jumlah penduduk Kabupaten Karawang yang mencapai 2 juta orang, dengan laju pertumbuhannya 3 persen per tahun, menjadikan Karawang sebagai pusat pertumbuhan Indonesia. "Master plan Indonesia, menunjukan Karawang merupakan daerah paling strategis," tuturnya.
Hatta Rajasa mengatakan, atas dasar itu, Pemerintah Pusat siap membangun pelabuhan laut di Karawang. Bahkan, direncanakan pembangunan pelabuhan tersebut Karawang yang kapasitasnya melebihi Pelabuhan Tanjung Priok. "Pemprov Jawa Barat dan Pemkab Karawang harus segera menyiapkan tata ruang untuk keperluan pembangunan pelabuhan tersebut," ujar Hatta Rajasa.
Diharapkan, lanjut dia, pada tahun 2020, pelabuhan sudah selesai dibangun dan dapat dioperasikan. "Pelabuhan di Karawang, nantinya untuk menopang industri, tetapi tetap tidak menganggu lahan pertanian," tuturnya.
Selain pelabuhan laut, lanjut Hatta, Pemerintah Pusat serius untuk membangun pelabuhan udara di Karawang untuk menopang Bandara Soeta yang sudah overload. "Rencana pembangunan Bandara di Kertajati sudah ada. Tetapi, daerah yang paling diseriusi dan mendalam untuk pembangunan bandara adalah Karawang," kata Hatta Rajasa.
Oleh sebab itu, lanjut dia, pembangunan infrastrukturnya harus mulai dibangun seperti jalan tol, jalur kereta api. Karawang juga harus mempersiapkan tata ruang untuk menyambut pembangunan pelabuhan tersebut. "Tata ruang kota harus diperhatikan oleh Pemkab setempat," katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Perencanaan (Bepeda) Karawang, Samsuri mengatakan, pembangunan Pelabuhan Cilamaya pasti membutuhkan daya dukung dan daya tampung pelabuhan. Tidak mungkin area pelabuhan disekat dengan lingkungan warga sekitar. Artinya, lanjut Samsuri, tanpa dimintapun desa-desa terdekat dengan pelabuhan dipastikan akan merasakan imbas positif dan negatif dari keberadaan pelabuhan tersebut. Apalagi, JICA sebagai konsultan pembangunan Pelabuhan Cilamaya telah merencanakan membangun jalan arteri di sepanjang pantai utara mulai dari Pelabuhan Cilamaya hingga ke Palabuhan Tanjungpriok. Pembangunan jalan tersebut, sambung Samsuri, mengarah ke barat. "Dapat dipastikan di sepanjang jalan itu akan tumbuh pemukiman, dan mungkin juga tempat hiburan dan tempat bisnis," ujarnya.
Dikatakan juga, saat ini pihaknya fokus agar pembangunan pelabuhan tidak terlalu menyita lahan pertanian. Permasalahannya, lahan terbuka yang tersisa di sekitar calon lokasi pelabuhan tersebut hanya area pertanian. Sesuai paparan JICA terkini, pelabuhan akan dibangun di laut. Sementara daerah penyangga pelabuhan akan dibangun antara muara Sungai Ciderowan dengan muara Sungai Cibulan-bulan. Untuk keperluan tersebut dibutuhkan lahan sedikitnya 204 Hektare. Namun demikiana, Samsuri merasa yakin jika areal yang dijadikan sebagai penyangga pelabuhan bakal lebih luas lagi. Sebab, untuk mendukung keberadaan pelabuhan perlu dibangun pula rumah sakit, restoran, dan juga tempat hiburan.
www.pikiran-rakyat.com