Mataram--PT Angkasa Pura (AP) I akan mengubah bekas Bandar Udar Selaparang di Mataram sebagai lokasi sekolah penerbangan. Hal ini diputuskan setelah Direksi Operasi PT AP I, Yushan Sayuti, bertemu dengan Wali Kota Mataram, Ahyar Abduh. Rencananya, mulai September 2013, sekolah penerbangan resmi dibuka. Juru bicara PT AP I di Bandara Internasional Lombok, Made Agus Nugraha mengatakan bahwa di lahan seluas 68 hektar yang memiliki landas pacu sepanjang 2.100 meter itu, bisa didirikan tiga lembaga sekolah penerbangan. "Kami berharap Mataram bisa menjadi tujuan sekolah," kata Agus Nugraha, Sabtu (20/7/2013).
Pemanfaatan Selaparang sebagai lokasi sekolah penerbangan setelah kepindahan penerbangan ke Bandara Internasional Lombok (BIL) sejak 1 Oktober 2011 lalu. Saat ini sudah ada hanggar LIFT di Selaparang yang mampu menampung empat pesawat latih. Selama ini bekas bandara tersebut dalam keadaan kosong, tetapi sudah ada kesepakatan dengan konsorsium pengusaha Hongkong Castle Mark (CM) Ltd yang bekerja sama dengan pengusaha nasional Elis Sriyati (ES) untuk mendirikan sekolah penerbang Lombok Institute Flight Technology (LIFT). Kedua pihak menggelontorkan dana US $ 2,5 juta atau Rp 8,9 miliar sebagai investasi. Komposisi kepemilikan saham tediri dari 51 persen untuk CM Ltd dan ES sebanyak 49 persen.
PT AP I juga membuka peluang didirikannya hotel dan berbagai fasilitas lainnya seperti untuk pertemuan, konvensi dan pameran di lokasi tersebut. Juru bicara Pemerintah Kota Mataram, Cukup Wibowo, menyatakan Wali Kota Mataram sangat mendukung kehadiran sekolah penerbangan tersebut. "Ini merupakan kawasan strategis terbatas dalam rangka mendukung MICE," ujarnya.
Untuk kepentingan pendidikan swasta di Indonesia ini, awalnya LIFT menyiapkan tiga unit pesawat latih Liberty dan menyediakan simulator. Saat ini sudah tersedia hanggar berukuran 40 kali 60 meter yang bisa menampung 10 unit. Prospek sekolah ini cukup bagus sebab setiap tahun Indonesia memerlukan ketersediaan 600 pilot dan baru 150 orang yang bisa mengisinya. Waktu itu, LIFT merencanakan setiap dua bulan sekali membuka kelas baru dan setahun menargetkan 150 orang siswa baru. Biaya pendidikan selama 9-12 bulan ditetapkan US 66 ribu atau sekitar Rp587,4 juta.
www.tempo.co