Setelah uji terbang yang berhasil dengan baik, secara bersamaan CASA dan IPTN melakukan proses produksi pesawat CN-235 pada bulan Desember 1986. Varian pertama adalah CN-235 Series 10 dan varian up-grade CN-235 Series 100/110 yang menggunakan dua mesin General Electric CT7-9C berdaya 1750 shp bukan jenis CT7-7A berdaya 1700 shp seperti pada model sebelumnya.
Meskipun desain awal CN-235 merupakan hasil kerja sama IPTN dan CASA, tapi pada perjalanan waktu kemudian kedua perusahaan ini mengembangkan pesawat tersebut secara terpisah dengan varian masing-masing. Berikut ini adalah pengembangan dari pesawat CN-235 oleh IPTN (PT. Dirgantara Indonesia) dan CASA dengan masing-masing varian yang berbeda.
Varian hasil pengembangan PT.Dirgantara Indonesia :
- CN-235-10 : Versi produksi awal (diproduksi 15 buah oleh masing-masing perusahaan), menggunakan mesin GE CT7-7A.
- CN-235-110 : Secara umum sama dg seri 10 tetapi menggunakan mesin GE CT7-9C dalam nacel komposit baru ,mempunyai sistem elektrikal, peringatan and environmental yang lebih dikembangkan lagi dibanding seri 100 milik CASA.
- CN-235-220 : Versi Pengembangan. Pembentukan kembali struktur untuk bobot operasi yang lebih tinggi , pengambangan aerodinamik pada leading-edges sayap dan rudder, pengurangan panjang landasan yang dibutuhkan dan penambahan jarak tempuh dengan beban maksimum (MTOW=Maximum Take Off Weight).
- CN-235 MPA : Versi Patroli Maritim, dilengkapi dengan Navigation System, Comunication System, dan mission system ( mulai mendekati fase operasional dan hadir dalam singapore airshow 2008 ).
- CN235-330 Phoenix : Modifikasi dari seri 220, ditawarkan IPTN ( dengan avionik Honeywell baru, EW system ARL-2002 dan 16.800 kg MTOW ) kepada Royal Australian Air Force untuk Project Air 5190 tactical airlift requirement, tapi dibatalkan karena masalah finansial pada tahun 1998.
- CN-235-10 : Versi produksi awal (diproduksi 15 buah oleh masing-masing perusahaan), menggunakan mesin GE CT7-7A.
- CN-235-100 : Secara umum sama dg seri 10 tetapi menggunakan mesin GE CT7-9C dalam nacel komposit baru.
- CN-235-200 : Versi Pengembangan dengan pembentukan kembali struktur pesawat untuk bobot operasi yang lebih tinggi , pengambangan aerodinamik pada leading-edges sayap dan rudder, pengurangan panjang landasan yang dibutuhkan serta penambahan jarak tempuh dengan beban maksimum.
- CN-235-300 : Modifikasi CASA pada seri 200,dengan avionik Honeywell. Kelebihan lain termasuk pengembangan sistem presurisasi dan fasilitas instalasi opsional twin nosewheel.
- CN-235 ASW/ASuW/MPA : Versi Maritim.
- CN-295 : Versi dengan badan lebih panjang, beban 50% lebih banyak dan mesin baru PW127G.
KARAKTERISTIK UMUM : | |
Jumlah Crew | 2 orang pilot |
Kapasitas Penumpang | 45 orang |
Panjang | 21,40 meter |
Tinggi | 8,18 meter |
Bentang Sayap | 25,81 meter |
Luas Area Sayap | 59,1 meter per segi |
Berat Kosong | 9.800 kg |
Berat Isi | 15.500 kg (16.500 kg untuk versi militer) |
Maksimum Tinggal Landas | 15.100 kg |
Mesin Penggerak | 2 unit mesin 2× General Electric CT79C turboprops, 1.395 kW (1,850 bhp) |
KINERJA : | |
Kecepatan Maksimum | 509 km/jam |
Jarak Jelajah Terbang | 796 km |
Daya Menanjak | 542 meter/menit |
Berikut ini adalah negara-negara pengguna CN-235 :
Indonesia, Botswana, Brunei, Chili, Colombia, Ekuador, Perancis, Gabon, Irlandia, Malaysia, Maroko, Pakistan, Panama, Papua New Guinea, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Utara, Thailand, Turki, UAE, dan Amerika Serikat.
wikipedia.org