Cari di Blog Ini

Rabu, 28 Mei 2014

Honeywell Aerospace Kembangkan SmartRunway/SmartLanding, Sistem Penuntun Cerdas Pendaratan Pesawat Terbang

Sebuah sistem penuntun cerdas untuk pendaratan pesawat terbang yang dinamakan SmartRunway/SmartLanding sedang dikembangkan oleh Honeywell Aerospace, perusahaan yang bergerak pada bidang teknologi dan instrumen penerbangan sipil dan militer. SmartRunway/SmartLanding kelak akan makin menjamin keselamatan penerbangan pesawat terbang.

Cockpit Pesawat Terbang. ZonaAero
Cockpit Pesawat Terbang.
SmartRunway/SmartLanding, penuntun cerdas pesawat terbang.

Pada 22 Desember 2009, satu pesawat terbang Boeing B-737-800 lepas landas dari Miami, Florida, menuju Kingston, Jamaika, dengan 148 pemakai jasa penerbangan di dalam kabinnya dan enam awak pesawat terbang. Setelah melaporkan cuaca yang penuh turbulensi dan pesawat terbang "terbanting-banting" di udara, B-737-800 itu mendarat overshoot, menabrak pagar bandara, dan meluruk ke jalan raya hingga ke tepi Laut Karibia! Boeing B-737-800 itu pecah menjadi tiga bagian, melukai banyak orang di dalamnya, dan menjadi salah satu kecelakaan buruk di tepi Laut Karibia itu.

Informasi dari flight data recorder, pilot tidak touch down untuk mendarat hingga 4.000 kaki dari panjang keseluruhan 8.900 kaki landas pacu Kingston itu. Pilot-pilot dilatih untuk mendaratkan pesawat terbangnya 1.000 kaki dari pangkal landas pacu, di wilayah touch down -- awam mengenalnya sebagai bagian ujung landasan yang banyak bekas-bekas jejak rodanya.

Secara umum, teknologi pembantu pendaratan itu adalah Instrumental Landing System, berupa pemancar yang memberi sinyal-sinyal peringatan bagi pilot, apakah dia sudah ada di jalur dan ketinggian serta arah dan sikap pendaratan yang benar pada landasan dimaksud. Sistem ini sangat luas diterapkan di seluruh dunia dan paling umum dijumpai; di dalam pesawat terbang, sudah jamak dipasangi transponder pemancar dan penerima sinyal itu.

Berdasarkan studi panjang tentang data insiden dan aksiden serta kecenderungan yang terjadi, maka dikembangkanlah sejumlah teknologi penolong navigasi dan perilaku penerbangan pesawat terbang yang membantu pilot menerbangkan wahana udaranya secara lebih aman dan meninggikan keselamatan penerbangan itu. Honeywell Aerospace, sebagai bagian dari Honeywell International yang khusus bergelut di teknologi dan instrumen penerbangan sipil dan militer, telah melakukan hal serupa. Teknologi itu dinamakan SmartRunway/SmartLanding System. Teknologi ini lebih canggih ketimbang dua jenis teknologi yang selama ini diterapkan, katakanlah Enhanced Ground Proximity Warning System (EGPWS - memperingatkan pilot kemungkinan menabrak ketinggian darat selama mengudara, semisal gunung dan bukit) dan Traffic Collition Avoidance System (TCAS - memperingatkan pilot akan kemungkinan dia menabrak atau ditabrak atau salah jalur pada proses pendaratan hingga parkir dan sebaliknya; hanya di darat).

Pada minggu ketiga di bulan Mei 2014, Honeywell's Flight Test Department di Phoenix Sky Harbour Airport (PHX), Arizona, Amerika Serikat, melakukan uji coba instrumen EGWPS dan TCAS dalam keadaan sebenarnya di udara Arizona dan Colorado yang kering dan panas. Bagian Pegunungan Rocky menjadi sebagian dari arena pengujian di ketinggian cukup rendah, hanya sekitar 4.500 kaki dari permukaan laut saja.

Pesawat uji yang dipergunakan juga bukan pesawat uji berusia muda seperti diduga, melainkan Convair 580 bernomor registrasi N580HW keluaran Januari 1952 yang dibeli Honeywell Aerospace pada 1999 dari AlliedSignal, sesudah sebelumnya dimiliki United Airlines. Mesinnya kemudian diganti dengan jenis dan tipe mesin yang sama dengan yang menggerakkan P-3C Orion dan C-130H Hercules.

Penguatan kerangka dan perubahan interior dilakukan di sana-sini untuk menempatkan sejumlah pilot uji dan ilmuwan yang akan menguji performansi berbagai intrumen penerbangan produksi Honeywell Aerospace itu. Ada "meja" dan kompartemen khusus untuk menguji TCAS atau EGWPS, juga sistem navigasi dan avionika untuk Airbus A-380, dan lain-lain. Semuanya bisa diubah sesuai konfigurasi diperlukan.

Pada terbang uji TCAS dan EGWPS itu, Kepala Pilot Uji Honeywell Aerospace, Markus Johnson, memimpin penerbangan selama 45 menit dimulai pada pukul 09.43 waktu setempat. Mesin yang sangat kuat dengan didorong bilah baling-baling serupa yang dipakai di C-130H Hercules, memudahkan semuanya, Convair 580 bisa segera meraih ketinggian jelajah pada penerbangan uji, 21 Mei lalu itu. Peringatan berupa kata-kata lisan dan tertulis "terrain.. terrain… terrain… pull up… pull up… " kerap terdengar begitu bagian pesawat terbang uji berkelir putih dan semburat strip merah berada pada posisi ketinggian sekitar 1.000 kaki dari obyek berupa bukit-bukit batu yang tajam dan menjulang begitu saja.

Johnson masih beberapa kali lagi mencoba lebih dekat pada "obyek" itu untuk lebih meyakinkan perangkat Terrain Avoidance System sebagai bagian dari TCAS yang diuji pada kondisi nyata itu bisa bekerja baik. Begitu dia lakukan berulang kali dalam berbagai skenario penerbangan. Begitu juga saat EGWPS dicoba pada proses lepas landas dan mendarat serta taxi di bandar udara yang cukup padat penerbangan domestiknya itu. Berulang kali indikator di kokpit pesawat terbang dan pada instrumen kalibrasi menunjukkan peringatan kepada pilot untuk menghindarkan kecelakaan penerbangan di darat itu. "Pada prinsipnya, visi dan misi kami di departeman ini adalah meningkatkan performansi manusia pengawak, daya terima awak atas teknologi baru, memperbaiki prosedur dan proses pendidikan pengawak penerbangan, dan terus berinovasi mengembangkan rancangan instrumen dan prosedur ke arah sana," kata Johnson, setelah Convair 580 mendarat di landas pacu 090-270 Phoenix Sky Harbour (PHX) itu.

Penerbangan tadi, kata dia, membuktikan segala sesuatu tentang instrumen penerbangan harus berfungsi sempurna sebelum dioperasikan operator penerbangan. "Lebih jauh lagi kami terus mengujikan berbagai sistem yang kami kembangkan, di antaranya SmartRunway, sebagai generasi berikut dari Honeywell Runway Awareness and Advisory System alias RAAS, yang memberi peringatan aktual dari detik ke detik kepada pilot secara grafis tiga dimensi dan suara," katanya.

Sejak 1990, operator dan regulator penerbangan semakin menuntut pengoperasian penerbangan yang lebih tinggi kualitas keselamatannya. Dari semua jenis kecelakaan penerbangan, data dari NTSB dan studi internal Honeywell Aerospace menunjukkan, hal itu paling banyak terjadi di seputaran proses pendaratan/lepas landas, dan juga pada proses taxi dan sesudahnya.

SmarRunway/SmartLanding System merupakan satu perangkat lunak yang bisa meningkatkan EGWPS (terakhir ini menjadi standar instrumen pada semua produk Boeing seri terkini). Jika pilot mengarahkan matanya ke layar monitor utama di atas tuas kendali, maka dia akan mendapat data visual titik penerbangan dan peringatan posisinya secara grafis dari detik. Komputer akan memberi peringatan "jatah" dia melakukan touch down pada landasan dimaksud secara akurat disesuaikan dengan spesifikasi dan performansi serta tipe pesawat terbang yang dia kendalikan. "Proses akhir pendaratan menentukan sekali. Peringatan apakah flaps sayap utama telah dikeluarkan pada besaran sudut yang pas atau belum pas, sudut pendaratan, ketinggian disesuaikan arah angin, kecepatan pesawat terbang, hingga stabilitas dan lain sebagainya disampaikan dari detik ke detik secara akurat," kata Johnson.

Misalnya, kata-kata "too high" atau "too low" dan "flaps" atau "unstable" akan terpampang di layar monitor head up display utama kokpit jika pesawat terbang ada dalam keadaan itu sehingga pilot bisa mengantisipasi dan mengoreksi sejak beberapa waktu sebelumnya. Dia memberi contoh subsistem SmartRunway/SmartLanding yang sebelumnya diujikan pada Boeing B-747-8 yang dilengkapi RAAS Stroked Caution Message dan RAAS Raster Caution Message. Pilot diberikan data secara grafis yang sangat mudah dipahami pesannya, tentang berbagai data penerbangan yang diperlukan saat dia final approaching ke landas pacu serta lingkungan sekitarnya. "Arah dia 'masuk' akan dikoreksi dari detik ke detik sesuai perkembangan terakhir. Ini sangat kritikal dalam proses pendaratan," kata Johnson.

Pilot bisa juga menentukan modifikasi arah dan sikap penerbangan pesawat terbangnya setelah mendapat data akurat dari SmartRunway/SmartLanding ini. Misalnya, pada flight plan disebutkan rute yang diambil pilot adalah mendarat pada ketinggian dan arah tertentu untuk mencapai area touch down di landas pacu suatu bandar udara. Ternyata dalam perkembangan penerbangan itu, terdapat perubahan cuaca dan arah angin serta ada pasokan data lain. Maka kemudian pilot bisa segera mengambil keputusan "memodifikasi" sikap penerbangannya setelah berkomunikasi dengan instrumen EGWPS-SmartRunway/SmartLanding, TCAS, dan menara kendali bandar udara.

Indonesia yang semakin tumbuh industri penerbangannya memerlukan standar keselamatan dan keamanan penerbangan yang makin tinggi. Apalagi industri penerbangan adalah bisnis yang paling sarat regulasi dan standar internasional di Bumi yang makin tidak mengenal batas.

www.antaranews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar