Cari di Blog Ini

Rabu, 21 April 2010

PT Dirgantara Indonesia Integrasikan Jasa Perawatan Pesawat Terbang

PT Dirgantara Indonesia. ZonaAero
PT Dirgantara Indonesia
Jasa Perawatan Pesawat Terbang Diintegrasikan

Unit usaha jasa perawatan pesawat terbang milik pemerintah akan diintegrasikan untuk penyederhanaan bisnis sekaligus mendongkrak pendapatan negara. Direktur Integrasi Pesawat PT Dirgantara Indonesia Budiwuraskito mengemukakan rencana pengintegrasian bisnis sedang dikaji Kementerian BUMN dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). "Konsolidasi itu sejalan dengan rencana Kementerian BUMN untuk menyederhanakan sejumlah bisnisnya pada rapat umum pemegang saham [RUPS] beberapa waktu lalu," katanya.

Budi menuturkan rencana integrasi akan melibatkan PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia, PT Merpati Maintenance Facility (MMF), PT Nusantara Turbin Propulsi (NTP), Indopelita Air Service, dan PT DI. "Kami berharap pembahasannya segera rampung sebab tujuannya untuk mendongkrak pendapatan negara dari jasa perawatan pesawat," katanya.

Secara umum, jenis perawatan pesawat terbang terdiri dari perawatan struktur, sistem, dan mesin. Budi mengatakan perusahaan milik negara telah memiliki semua bentuk jasa perawatan pesawat terbang itu. Akan tetapi, sebagian maskapai penerbangan dalam negeri masih memakai jasa perusahaan luar negeri. Budi menyebutkan sebuah perusahaan jasa sejenis di Singapura yang mampu menarik pendapatan cukup besar dari bisnis perawatan pesawat. "Kalau semua bergabung tentu akan memberikan pendapatan kepada negara yang lebih besar," katanya.

Pangsa pasar perawatan pesawat di Indonesia ditaksir mencapai US$2 miliar pada 2014, tumbuh 62,5% dari nilai pasar pada 2009 sebesar US$750 juta.

Presiden Direktur Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia Richard Budihadianto mengemukakan perusahaan domestik hanya mampu menarik US$250 juta, atau 30% dari total bisnis perawatan pesawat pada 2009 senilai US$750 juta. Sisanya atau sekitar US$500 juta masih diserap perusahaan luar negeri. Menurut dia, perusahaan MRO (maintenance, repair, and overhaul) domestik belum mampu meraih pangsa pasar perawatan pesawat dalam negeri akibat kapasitas dan kapabilitas yang terbatas. "Perusahaan MRO domestik harus menjadi tuan rumah di negari sendiri sehingga harus ada peningkatan kemampuan dan bersinergi untuk meraih pasar tersebut," tuturnya seusai penandatanganan kontrak GMF dengan DI, akhir pekan lalu.

GMF memperbarui kerja sama kedirgantaraan dengan PT DI dalam kerja sama kedirgantaraan yang berdurasi tiga tahun pada Kamis 1 April 2010. Kerja sama tersebut meliputi urusan industri manufaktur pesawat terbang, komponen dan suku cadang, peralatan dan perlengkapan, serta jasa pengujian dan labolarorium.

Dirut PT DI Budi Santoso mengemukakan perusahaan memiliki sejumlah fasilitas yang digunakan GMF dengan standar NADCAP (National Aerospace and Defence Contractor Program). "Lingkup kesepakatan tidak terbatas pada kemampuan yang dimiliki, tetapi akan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing pihak," katanya.

web.bisnis.com