Korean Atomic Energy Group dan LIG Nex1 (perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan di bawah LG Corp) telah melakukan kerjasama pengembangan kendaraan tanpa awak yang disebut sebagai robot pertahanan serangan burung pertama di dunia. Burung merupakan masalah utama di sekitar pangkalan udara militer dan pelabuhan udara di seluruh dunia karena dapat menyebabkan kerusakan serius ketika mereka bertabrakan atau terhisap ke dalam mesin pesawat terbang. Robot tersebut merupakan kendaraan enam roda tanpa awak (unmanned ground vehicle/UGV) yang menggabungkan accoustic directional dan pola laser untuk mengusir burung.
UGV merupakan kendaraan semi-otonomous. Seorang operator akan mengatur operasional alat ini dari sebuah stasiun pengendali. Maksimal dalam satu stasiun pengendali dapat memonitor hingga empat unit UGV. Robot ini mampu menghindari rintangan dan kembali ke lokasi yang dituju secara otomatis, sehingga walaupun tidak dioperasikan lewat stasiun pengendali, ia tidak akan menyebabkan kecelakaan. Robot ini memiliki ukuran panjang sekitar 2,5 meter dengan bobot 1,09 ton. Ia dilengkapi dengan sebuah kombinasi dari transmisi dan pendetesi akustik terarah, pemancar laser hijau, kamera siang-malam, pencitra panas dan pemindai laser sehingga dapat dioperasikan baik siang maupun malam dalam berbagai kondisi cuaca.
Menurut KBS news, lebih dari 460 serangan burung dalam lima tahun terakhir di Korea Selatan. Para perancang mengklaim UGV kreasi mereka itu 20 persen lebih efektif dibandingkan dengan sistem lain saat dioperasikan. Channel A Korea Selatan menggambarkan suara yang dipancarkan oleh UGV merupakan serangkaian letupan kencang (100 dB) hingga lebih dari 13 suara, diantaranya berasal dari tiruan suara predator yang ditakuti oleh para burung. Kamera-kamera yang dimiliki robot UGV mampu melacak seekor burung berukuran 30,5 cm dari jarak 300 meter, dan laser hijau dapat memancar hingga sejauh 2 km untuk mengusir burung-burung pergi menjauh.
Proyek UGV pertama diumumkan pada 2009 dan pada akhir 2011 lalu, uji coba lapangan pertama dilakukan di sebuah pangkalan udara militer Korea Selatan. Saat ini UGV tengah dioperasikan di berbagai lapangan udara yang bertujuan untuk membuktikan kemampuan alat tersebut kepada calon konsumen global.
Teknologi yang dikembangkan untuk UGV ini bisa juga diterapkan untuk kendaraan tempur tanpa awak untuk sistem pendeteksi ranjau darat serta kendaraan pengangkut pasokan kebutuhan tentara di medan perang.
www.mediaindonesia.com