Cari di Blog Ini

Minggu, 28 Oktober 2012

Ekranoplan, Perpaduan Pesawat Terbang Dan Kapal Laut

Ekranoplane, WISE
Ekranoplan

Pada saat pesawat terbang sedang mendarat (landing), kemampuannya melayang sepenuhnya tercipta karena adanya bantalan udara yang terbentuk karena interaksi aerodinamik antara sayap dan badan pesawat dengan permukaan tanah. Bantalan udara yang terbentuk itu dikenal dengan istilah Ground Effect. Pemahaman pada daya angkat yang terbentuk karena ground effect ini yang memberikan ide untuk pembuatan sarana transportasi yang menggabungkan fungsi kapal dengan pesawat terbang. Ada banyak nama yang diberikan untuk jenis kendaraan baru ini. Misalnya Ekranoplan, WISE (Wing in Surface Effect Ship), GEV (Ground Effect Vehicle), WIG (Wing in Ground Effect) Vehicle, Flarecraft, Sea Skimmer. Untuk selanjutnya pada tulisan ini kita menyebutnya sebagai Ekranoplan, nama yang lebih dikenal oleh masyarakat luas.

KM, Korabl-Maket
Pada tahun 1966, saat berkecamuknya perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika, satelit mata-mata Amerika menangkap obyek sebuah benda berukuran besar berwarna abu-abu yang bergerak dengan kecepatan tinggi di permukaan laut Kaspia. Tapi kehadiran benda itu sama sekali tidak tertangkap oleh radar. Selama beberapa tahun pihak Amerika tidak mengetahui benda apa itu. Mereka menamakannya Monster dari Laut Kaspia. Setelah perang dingin usai, diketahui bahwa benda itu adalah sebuah ekranoplan milik pihak Unis Sovyet. Benda ini memang pantas dijuluki monster karena konon inilah ekranoplan terbesar yang pernah dibuat orang. Memiliki panjang 100 meter, berbobot 544 ton, dan mampu melaju dengan kecepatan 250 mil per jam. Pihak militer Sovyet menyebutnya dengan nama KM (Korabl-Maket). Belakang diketahui bahwa Sovyet telah mengoperasikan puluhan ekranoplan untuk kepentingan militer di Laut Kaspia dan Laut Hitam.

Menurut informasi ekranoplan sudah mulai dikembangkan sebelum perang dunia kedua di Skandinavia. Tapi masih dalam tahap eksperimen dan tidak diketahui catatan yang mendokumentasikan pengembangan ekranoplan pada masa itu. Dan pada tahun 1960 teknologi Ground Effect yang mendasari pembuatan ekranoplan ini mulai dikembangkan dengan sungguh-sungguh. Ada dua orang tokoh yang punya andil besar dalam mengembangkan teknologi Ground Effect, mereka adalah Rostislav Evgenievich Alexeev dari Rusia dan Alexander Martin Lippisch dari Jerman. Mereka bekerja secara terpisah dengan dukungan proyek dari Negara masing-masing.

Rostislav Evgenievich Alexeev adalah seorang perancang kapal cepat yang dilahirkan di Novozybkov – Rusia pada tanggal 18 Desember 1916. Pria inilah yang dianggap sebagai orang yang pertama kali merancang ekranoplan. Dibawah kepemimpinannya, Central Hydrofoil Design Bureau (CHDB), pusat pengembangan teknologi ground effect milik Uni Sovyet, berhasil dibuat banyak ekranoplan. Misalnya KM yang legendaris itu dan beberapa varian rancangan ekranoplan yang sangat berhasil menurut jamannya. Proyek ini sangat dirahasiakan dan mendapat dukungan besar dari pemimpin Sovyet pada saat itu, Nikita Khrushchev. Tapi sayang, KM mengalami musibah pada tahun 1980 dan membuat Alexeev dipecat dari CHDB. Pengembangan ekranoplan dilanjutkan oleh Dmitri Ustinov yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan USSR. Dan karena keterbatasan pendanaan, akhirnya proyek ini dihentikan pada tahun 1985 oleh Menteri Pertahanan yang baru, Marshal Sokolov. Setelah kejatuhan Uni Sovyet, hasil rancangan dari CHDB ini mulai diketahu oleh kalangan luas. Akhirnya dunia pun menobatkan Rostislav Evgenievich Alexeev sebagai bapak ekranoplan.

Alexander Martin Lippisch, seorang pengembang teknologi Ground Effect yang lain dilahirkan pada tanggal 2 Nopember 1894 di kota Munich - Jerman. Pria ini memang ahli dan sangat berpengaruh di dunia penerbangan. Salah satu penemuannya yang sangat penting dalam bidang penerbangan adalah rancangan sayap delta. Setelah bertahun-tahun mengabdi pada dinas penerbangan militer jerman, Lippisch justru berhasil mengembangkan teknologi Ground Effect setelah hijrah ke Amerika. Seperti kebanyakan ilmuwan Jerman lainnya, keahlian mereka akhirnya lebih banyak dimanfaatkan oleh Amerika. Antara tahun 1950 hingga 1964, minatnya mulai begeser menuju pengembangan Ground Effect. Itu saat dia bekerja pada Collins Radio Company yang juga memiliki divisi khusus untuk pengembangan aeronautika. Hasilnya adalah rancangan pesawat terbang VTOL (Vertical Take Off Landing), teknologi yang digunakan oleh jet tempur Sea Harrier milik kerajaan Inggris, dan rancangan sebuah kapal aerofoil yang dikenal sebagai kapal bersayap. Namun Lippisch akhirnya mengundurkan diri dari perusahaan tersebut dan pada tahun 1966 ia membentuk Lippisch Research Corporation yang segera mendapat perhatian dari pemerintah Jerman. Kedua rancangan yang pernah dibuatnya di Collins Radio Campany berhasil dibangunkan prototip-nya. Namun sayangnya prototip itu tidak pernah dikembangkan lebih lanjut. Kabarnya Australia telah berhasil mengembangkan temuan Lippisch hingga melahirkan type XTW-4.

WiSE Belibis SDJ A2B
Di Indonesia sendiri, teknologi Ground Effect sudah mendapat sambutan yang cukup hangat. Kendaraan ini dianggap sebagai solusi yang bagus untuk menjawab kebutuhan sarana transportasi laut di masa datang. Alat transport yang akan menghubungkan banyak pulau di seluruh wilayah Indonesia. Bukti dari ketertarikan itu adalah saat Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) meluncurkan prototip WiSE Belibis SDJ A2B pada peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional yang ke-13 tahun 2008. Kapal bersayap ini mampu mengangkut 8 orang penumpang, terbang pada ketinggian 2 meter diatas permukaan laut dengan kecepatan maksimal 60 knott (60 mill per jam) dan mampu meluncur selama 6 jam tanpa berhenti.

Selain nama Ekranoplan, sebutan WISE (Wing in Surface Effect Ship) yang kurang lebih diartikan sebagai kapal bersayap juga banyak digunakan untuk menyebutkan moda transportasi air ini. Menurut IMO (International Maritime Organization), Ekranoplan atau WISE ini dikelompokkan dalam 3 tipe, yaitu:
  • Tipe A : merupakan kapal bersayap yang tidak pernah lepas dari permukaan air.
  • Tipe B : merupakan kapal bersayap yang dapat terbang tidak lebih dari 150 meter di atas permukaan air.
  • Tipe C : merupakan kapal bersayap yang dapat terbang sebagaimana pesawat terbang.