Cari di Blog Ini

Senin, 22 Oktober 2012

Ambisi Ruang Angkasa China

Roket Antariksa China
Ambisi Ruang Angkasa China

Kemampuan China di ruang angkasa semakin meningkat setelah berhasil meluncurkan Shenzhou-7 tahun 2008 dan kini muncul ambisi untuk mendaratkan manusia di Bulan. Apa sebenarnya yang mendorong Beijing melakukan petualangan di ruang angkasa?

Dean Cheng, analis senior masalah Asia di badan penelitian CNA Washington DC, mengatakan alasan ekonomi merupakan faktor pertama yang juga faktor terpenting. "Dari suduh pandang seorang warga sipil, anda tengah mengembangkan teknologi-teknologi canggih," ujarnya.

Faktor lain adalah diplomasi karena program ruang angkasa beragam memperlihatkan kepada dunia bahwa China telah berada di pusat panggung internasional. "Ini sejalan dengan menjadi tuan rumah Olimpiade, sejalan dengan perekonomian yang berkembang pesat, dan juga sejalan dengan fakta bahwa China merupakan pemilik cadangan devisa terbesar di dunia," ujar Dean Cheng.

Juga ada faktor dalam negeri: sukses di ruang angkasa membantu melegitimasi rezim China di mata rakyatnya. "Dulu ada masalah seperti melamin di dalam susu. Juga masalah korupsi. Namun Partai Komunis China telah memperlihatkan bahwa mereka mampu mencapai prestasi yang tidak bisa diraih oleh pemerintah terdahulu, dan China kini berada di jajaran utama kekuatan teknologi canggih dunia," tandas Dean Cheng.

Barang mewah

Astronot China
Lalu ada juga pemikiran militer: satu negara yang bsia meluncurkan sejumlah satelit dengan satu roket berarti bisa meletakkan hulu ledak di satu roket. Teknologi ruang angkasa juga membutuhkan pengembangan kemampuan menghitung dengan tepat yang kemudian diterapkan dalam sistem persenjataan.

Keberhasilan Beijing mengirim pesawat berawak ke ruang angkasa harus dianggap terpisah dari program ruang angkasa secara keseluruhan, ujar Cheng. "Program pesawat berawak merupakan satu tanda negara kaya - ini adalah barang mewah. Keberhasilan ini membuat China melampaui negara Asia lain di bidang ruang angkasa," ujarnya.

Pesawat berawak ini juga berlaku sebagai iklan untuk kemampuan China melakukan peluncuran ruang angkasa secara komersial. Jika China cukup yakin dengan teknologi ruang angkasanya dengan mengirim satu warganya ke luar bumi, tentu saja program itu cukup aman untuk meluncurkan satelit milik negara lain. "Ini program bergengsi, tidak diragukan. Menurut saya China masuk ke arena pengiriman pesawat berawak dengan alasan yang sama seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet tahun 1961. Ini merupakan demonstrasi kemampuan tinggi secara teknologi. Ini adalah metode memperlihatkan kepada dunia bahwa mereka yang terhebat -yang merupakan tujuan penting bagi mereka," ujar Dr Roger Launius, kurator senior divisi sejarah ruang angkasa Musium Udara Nasional dan Ruang Angkasa Washington DC.

Kemajuan pasti

Kemajuan pasti China di bidang ruang angkasa memang digarisbawahi oleh masalah yang dihadapi NASA ketika badan ruang angkasa Amerika ini berkutat dengan transisi ke era setelah pesawat ulak alik. Pesawat ulak alik ruang angkasa akan dipensiunkan tidak lama lagi. Namun penggantinya, Ares-Oron, belum bisa diterbangkan hingga tahun 2015. Dan dalam periode antara itu, Amerika akan sangat tergantung pada Rusia untuk meluncurkan awak ke Stasion Ruang Angkasa Internasional. Namun ketegangan antara kedua negara yang terkadang muncul, misalnya soal konflik di Georgia beberapa tahun lalu, membuat NASA mendapat tekanan politik agar pesawat ulak alik itu tetap diterbangkan melewati waktu pensiunnya.

Dan, tidak seperti China, Badan Ruang Angkasa Eropa, belum mengembangkan sistem transportasi manusia ke ruang angkasa. Akan tetapi, para pakar mengatakan untuk mengatkaan bahwa China terlibat satu perlombaan di sektor ruang angkasa dengan Amerika atau dengan negara yang secara tradisional kuat di bidang itu agak berlebihan. "Ini bukan 1960 an. Kita tidak melihat China berulang kali mengirim pesawat berawak ke luar angkasa. Tetapi mereka berniat untuk tidak melakukan kegagalan," ujar Dean Cheng.

Dr Launius sepakat: "Tidak ada tingkat kekhawatiran atau ketertarikan yang sama di Amerika soal berkompetisi dengan China di ruang angkasa. Saya juga memandang ini tidak juga menjadi masalah bagi Eropa. Memang ada perlombaan di ruang angkasa, tetapi untuk Asia. Antara China dan Jepang, mungkin Korea dan pastinya India. Mereka saling berkompetisi untuk rasa gengsi. Dan China, karena kemampuannya yang lebih lengkap -sumber daya manusia, robot dan militer- sekarang kemungkinan memimpin dalam perlombaan itu. Tetapi negara-negara lain juga memiliki kemampuan yang sama."

Meski China adalah negara ketiga yang mampu meluncurkan manusia ke orbit, negara itu masih jauh dari kemampuan Amerika dan Rusia.

bbc.co.uk