Hingga saat ini para ahli di kalangan sejarah masih menganggap bahwa Apollo 11 adalah proyek politis. Tujuan utamanya adalah untuk mengalahkan prestasi yang sudah diraih oleh Uni Sovyet saat mereka berhasil menempatkan Yuri Gargarin sebagai manusia yang pertama kali mengorbit bumi. Tapi bagi para ahli teknologi ruang angkasa tetap menganggap bahwa itu adalah hasil pencapaian tenologi ruang angkasa yang menakjubkan pada masa itu. Mungkin karena adanya keajaiban, proyek ambisius yang semula diragukan banyak pihak ini ternyata berhasil dengan gemilang. Hingga kini tetap dikenang sebagai impian yang menjadi kenyataan.
Keajaiban proyek Apollo
Proyek Apollo mungkin pada awalnya bertujuan mengangkat moral satu negara adidaya yang sedang rendah, tetapi proyek ini dilahirkan dari eksplorasi ilmiah murni.
Empat puluh tahun lalu, 16 Juli 1969, proyek Apollo 11 diluncurkan.
Salah satu "hukum" Arthur C Clarke menyatakan bahwa "teknologi maju bisa dibedakan daru i keajaiban". Sebagaian kemajuan dalam teknologi terjadi dalam beberapa abad, dan sebagian lagi bisa terjadi dalam satu generasi - membuat mereka yang mengalaminya merasakan satu keajaiban. Apollo adalah contoh yang lebih cepat lagi. Dalam delapan tahun terjadi lonjakan dari tidak bisa terbang di udara ke berkunjung sejenak di bulan.
Orang tertua saat itu - Charlie Smith - dilaporkan lahir tahun 1842 hadir dalam peluncuran akhir Moonshot dan dia benar-benar tidak percaya tujuan para penumpang roket itu. Bahkan awak Apollo 11 Michael Collins yang bertanggungjawab atas aspek mesin misi ini, pernah mengatakan dia merasa ada satu keajaiban dalam kemulusan penerbangannya itu. Lonjakan teknologi semacam itu memerlukan rasa keingintahuan ilmiah yang luar biasa, dan ini pun terjadi pada proyek Apollo.
Badan Ruang Angkasa Amerika Serikat, NASA, yang tidak yakin program presiden baru untuk badan ini, mempersiapkan sejumlah pilihan untuk dipertimbangkan oleh Presiden Kennedy. Yang paling diunggulkan dalam pilihan itu adalah rencana program eksplorasi manusia ke bulan; jadi tidak diusulkan oleh para pembuat strategi militer dengan alasan Perang Dingin, atau oleh politisi yang menginginkan nama baik di tingkat nasional, tetapi oleh salah satu tokoh sains paling hebat di abad 20 - tokoh yang sangat tertarik dengan asal usul manusia.
Pakar ilmu planet Harold Urey pertama kali mengusulkan kepada NASA untuk memulai program penjelajahan di bulan pada tahun 1950 an. Urey memperkirakan bahwa Bulan, yang tidak memiliki cuaca yang dilindungi atmosfer kemungkinan masih menyimpan sisa geologis tua Sistem Tata Surya awal, yang sudah hilang dari bumi.
Dipicu oleh rasa ingin tahu Urey ini, NASA akhirnya membuat rencana ambisius untuk menyelidiki teorinya itu dengan memanfaatkan misi pemetaan robotik dan berpuncak dengan pendaratan manusia. Dengan biaya dipatok sebesari $11 miliar, kecil kemungkinan usul ini akan diterima oleh Presiden baru, namun NASA tetap mengajukannya untuk berjaga-jaga. Dan itu pun terjadi tanggal 12 April 1961, tiga bulan setelah Kennedy menjabat sebagai Presiden, ketika Mayor Yuri Gargarin menjadi orang pertama yang mengorbit bumi.
Kennedy segera berkonsultasi dengan Wakil Presiden untuk mencari jalan mengembalikan rasa kebanggaan nasional dan Johnson dengan cepat merekomendasi program eksplorasi bulan NASA. Pada awalnya Kennedy dilaporkan ragu. Dengan tidak ada jaminan akan sukses, tampaknya sulit meyakinkan Kongres untuk mengeluarkan dana sedemikian besar. Tetapi Johnson terus mendorong. "Menjadi yang kedua di ruang angkasa adalah menjadi nomor dua di segala bidang," ujarnya kepada Presiden dan Kennedy bisa jadi tidak punya pilihan lain kecuali menerima usul itu.
Dengan 40.000 orang yang tersebar di seluruh wilayah Amerika yang bekerja untuk mencapai satu tujuan ini, NASA meminjam satu lagi filosofi dari hukum Clarke - "satu-satunya cara menemukan batas satu kemungkinan adalah berjalan melewatinya menuju situasi penuh ketidakmungkinan".
Jika anda melihat artikel media di tahun 1960 an, pasti akan ada artikel berjudul Proyek Apollo terhenti karena masalah di bidang teknik. Dengan masalah yang tampak sangat banyak untuk mencapai setiap tingkat agar roket Saturn V bisa bekerja, hingga tantangan membuat Command Module aman setelah terjadi kebakaran yang menewaskan beberapa astronot, para ahli teknik pun mengatakan saat itu mereka tidak yakin proyek ini akan berhasil. Namun, akhirnya tanggal 16 Juli 1969, hanya 30 bulan setelah kebakaran fatal itu - roket Saturn V pertama yang membawa awak dari udara satu planet ke planet lain akhirnya melayang di angkasa Florida. Mereka yang bekerja dalam proyek Apollo terkaget-kaget dengan prestasi mereka ini. Sementara bagi sebagian besar orang di luar proyek itu yang mengagumi kendaraan terberat itu terbang dari daratan, yang dirasakan adalah satu keajaiban.
Tiga hari kemudian ketika orang pertama yang mencapai dunia lain tiba kembali, aksi pertama setelah mendarat di bulan adalah mendokumentasi dan mengumpulkan sampel debu matahari yang berharga untuk dibagi dengan laboratorium di Bumi. Ini adalah kegiatan yang sepantasnya dilakukan di puncak satu perjalanan yang diawali dengan ide ilmiah besar mengenai asal muasal manusia.
Meski Apollo muncul di saat-saat sulit dan dipercepat sebagai penangkal teror perang dunia, yang terjadi ternyata lebih dari sekedar perlombaan di saat Perang Dingin. Upaya nasional Amerika untuk melakukan sesuatu di luar perang berhasil membuat dunia bersatu dalam rasa kagum.
Dalam situasi yang sama saat ini - terlibat dalam perang yang tidak bisa dimenangkan dan ancaman teror baru - mungkin kita memerlukan proyek ajaib baru yang diinspirasi dari keingintahuan ilmiah dan diwujudkan lewat kehebatan rekayasa untuk mengangkat semangat kita dan menyatukan seluruh bangsa.
Penulis J. Bainbridge menyebut Apollo sebagai "satu cerita sekumpulan ahli teknik yang mencoba mencapai surga". Apakah sekarang sudah saatnya lagi menantang para ilmuwan dan ahli teknik untuk mencapai surga demi keselamatan manusia?