Paralayang merupakan bentuk dari penyempurnaan parasut untuk tujuan militer. Selain menggunakan landasan peluncuran di kawasan pegunungan, pengendara (pilot) dan unit paralayang bisa ditarik dengan menggunakan tali oleh kendaraan agar bisa membubung tinggi ke udara. Pilihan peluncuran dengan cara melompat dari tebing dan ditarik oleh kendaraan (mobil atau speedboat) membuat ada persamaan antara paralayang, glider (pesawat layang), dan terbang layang gantung (Gantole). Tapi ketiga jenis olah-raga dirgantara ini tentu saja punya perbedaan yang mendasar.
Selintas ada kemiripan antara paralayang dengan terjun payung, karena keduanya memang menggunakan parasut. Tapi parasut pada paralayang lebih berfungsi sebagai sayap. Dengan menggunakan paralayang kita bisa terbang melayang-layang selama berjam-jam, bisa menambah ketinggian dengan bantuan arus udara panas yang naik keatas. Karena hal ini, ada hal-hal yang harus dipahami dan dikuasai oleh seorang atlet paralayang tapi tidak dibutuhkan dalam olah-raga terjun payung.
Daerah pegunungan adalah tempat yang cocok untuk paralayang karena kontur permukaannya bisa menghasilkan arus udara naik yang dibutuhkan oleh paralayang untuk bisa membubung ke udara hingga pada ketinggian yang dianggap aman. Gaya angkat yang ditimbulkan oleh arus udara naik adalah cara yang umum digunakan oleh seorang atlet (pilot) paralayang agar penerbangan bisa lebih lama dan lebih menyenangkan. Tapi setelah akhir-akhir ini digunakan mesin propeller ringan pada paralayang, arus udara naik itu tidak terlalu dibutuhkan lagi.
Udara yang hangat dan cuaca yang cerah adalah kondisi yang ideal untuk paralayang. Ini terjadi ketika sinar matahari bisa memanaskan daratan dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga udara di sekitar daerah tersebut suhunya menjadi meningkat. Udara panas menjadi lebih ringan sehingga mengalir ke atas dan bisa dimanfaatkan oleh para atlet untuk mengangkat kanopi paralayang naik ke udara. Arus udara seperti itu sering didapati pada kawasan dengan medan berwarna terang, atau daerah pegunungan yang banyak ditumbuhi pepohonan atau tanaman.
Komponen-komponen penting dalam olah-raga paralayang adalah unit parasut paralayang itu sendiri, pelana / harness (tempat duduk untuk pilot / atlet selama penerbangan), parasut cadangan, carabiner, helm, alat pengukur kecepatan, berbagai peralatan komunikasi dan navigasi seperti radio, GPS, altimeter, dan variometer. Perlengkapan tambahan seperti bantalan pelindung, cockpit, dan pakaian khusus bisa juga digunakan untuk membantu memaksimalkan kenyamanan dan keamanan penerbangan. Dengan catatan semua perlengkapan tambahan tersebut memiliki berat hanya berkisar antara 15 s/d 20 kg agar pilot (atlet paralayang) bisa tetap memiliki mobilitas yang dibutuhkan untuk bisa melakukan penerbangan sesuai rute dan lamanya waktu yang dikehendaki.
Sebuah unit parasut paralayang terdiri dari sayap, sistem tali-temali, riser, dan pelana (harness). Sayap pada paralayang adalah sebuah parasut yang berfungsi seperti kanopi dan terbuat dari dua lapisan yang dijahit menjadi satu dengan memberikan celah diantara kedua bahan tersebut. Celah diantara lapisan itu dilengkapi dengan rangka vertikal yang berfungsi untuk mempertahankan integritas struktur kanopi, dan diantara kerangka (frame) tersebut terdapat ruangan-ruangan (sel) yang berisi udara. Frame tersebut dilengkapi dengan semacam sistem ventilasi yang memungkinkan tekanan udara bisa merata untuk memberikan keseimbangan. Sistem ventilasi ini berada pada bagian depan dan tepi parasut paralayang. Sedangkan pada bagian belakang dan tepi trailing tetap dalam keadaan tertutup untuk menjebak udara di dalam sel.
Jarak antara kedua sayap parasut disebut sebagai rentang yang diproyeksikan sebagai jarak horizontal antara kedua ujung sayap yang sudah berisi udara. Jarak antara sisi (tepi) bagian depan dan tepi trailing disebut akord. Karena tidak memungkinkan untuk memberikan angka jarak yang pasti, pada umumnya digunakan ketentuan "akord rata-rata" atau panjang suatu akord antara ujung sayap dan titik tengahnya.
Hasil perkalian antara angka rentang sayap dan akord rata-rata merupakan proyeksi dari luas permukaan sayap. Ini menjadi spesifikasi standard yang digunakan untuk menggambarkan ukuran relatif pada kanopi (sayap parasut). Selama kurun waktu dua puluh tahun sejak kemunculan cabang olah-raga paralayang ini, sayap terus dikembangkan dalam ukuran relatif dengan bentuk datar atau bukan cembung. Spesifikasi sayap tergantung pada pabrik pembuatnya. Tapi harus sesuai dengan klasifikasi standard AFNOR Perancis. Namun demikian ada juga, meskipun tidak umum terjadi, penggemar paralayang yang memilih standard klasifikasi DHV Jerman. Penggunaan standard klasifikasi ini penting bagi para atlet paralayang (pilot) untuk menggunakan jenis-jenis sayap (parasut kanopi) sesuai dengan tingkat keterampilan dan jenis penerbangan yang dikuasainya.
Untuk penerbangan standard bagi atlet pemula, disarankan penggunaan sayap parasut yang lebih ringan, yang memang dirancang untuk kemudahan dalam manuver dan minimalisasi terjadinya keadaan emergency, misalnya resiko mengalami turbulensi. Parasut jenis ini hanya untuk penerbangan singkat. Untuk atlet yang sudah berpengalaman, mereka bisa menggunakan parasut kanopi dengan spesifikasi yang bisa digunakan dalam penerbangan yang lebih lama dan rute yang lebih jauh. Penerbangan seperti ini dikenal dengan sebutan penerbangan "cross country".
Kapasitas sayap juga sebaiknya disesuaikan dengan berat badan atlet. Ukuran pada sayap biasanya diklasifikasikan dalam kategori kecil, menengah, dan besar. Pemilihan kategori sayap itu disesuaikan lagi dengan total berat tubuh atlet dan perlengkapan yang dibawanya. Logikanya, makin besar berat atlet dan perlengkapannya, maka dibutuhkan sayap yang lebih besar juga. Penyesuaian seperti itu penting dilakukan. Jika sayap terlalu kecil, maka penerbangan akan sulit dilakukan. Jika sayap terlalu besar akan membuat atlet (pilot) mengalami kesulitan untuk menguasai atau mengendalikan unit paralayang yang dikendarainya.
Pada umumnya sayap paralayang terbuat dari bahan ringan dan kuat seperti polyster, Nylon, Mylar, atau bahan sintetis lainnya. Bahan-bahan itu digunakan karena memiliki keunggulan dalam berat, murah, kuat, dan tahan terhadap paparan sinar matahari (ultra violet). Sinar matahari dan kelembaban yang disebabkan oleh adanya air bisa membuat bahan parasut paralayang akan menjadi cepat rusak. Kalangan praktisi olah-raga paralayang sepakat bahwa bahan sayap (parasut) paralayang sebaiknya tidak digunakan setelah melebihi 300 jam terbang. Karena setelah batas waktu tersebut, bahan parasut sudah mengalami kerusakan dan berbahaya jika masih digunakan juga. Penyimpanan parasut dilakukan dengan hati-hati, untuk menjaga kinerja bahannya. Disarankan agar memilih bahan yang berwarna terang yang bisa memantulkan cahaya untuk mengurangi penyerapan sinar matahari yang memiliki potensi merusak pada bahan kanopi tersebut.
Tiga hingga empat baris tali yang terikat pada setiap ujung sayap harus sudah dipastikan mampu menahan berat atlet dan perlengkapan yang dibawanya dalam waktu yang lama. Sistem tali ini selain sebagai penahan juga berfungsi untuk mengendalikan paralayang, disebut juga sebagai "riser" dan digunakan untuk memanipulasi arah lateral paralayang, juga berfungsi untuk memperlambat gerakan turun paralayang yang disebabkan oleh gaya gravitasi bumi.
Semua atlet (pilot) paralayang yang berpengalaman dipastikan selalu menggunakan perlengkapan yang bisa menjamin keselamatan dirinya dalam penerbangan. Perlengkapan standard seperti helm dan parasut standard sangat penting digunakan, juga penggunaan radio komunikasi dan peralatan navigasi, yang sewaktu-waktu akan sangat berguna dalam keadaan darurat. Bahkan beberapa atlet juga membawa ponsel untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu radio komunikasi gagal berfungsi.
Juga sangat disarankan untuk mengenakan pakaian dan peralatan pelindung tambahan. Biasanya digunakan stelan pakaian yang bisa menahan terpaan angin dan bisa menjaga suhu tubuh tetap hangat. Pakaian dan perlengkapan pelindung atau keselamatan diri memang akan selalu dibutuhkan. Terutama pada penerbangan yang memakan waktu lama. Dan tentu saja untuk mengantisipasi terjadinya pendaratan darurat.