Cari di Blog Ini

Senin, 04 Maret 2013

Garuda Indonesia: Bombardier CRJ1000 NextGen Punya Tingkat Yield Passenger Tinggi

Pihak maskapai Garuda Indonesia mengatakan bahwa seat load factor pesawat Bombardier CRJ1000 NextGen rata-rata mencapai 70 persen sejak Garuda Indonesia mengoperasikannya pada Oktober 2012 lalu. Kapasitas angkut penumpang dan bagasi memang kalah jika dibandingkan dengan pesawat buatan Airbus dan Boeing. Tapi Bombardier CRJ1000 NextGen memiliki tingkat yield passenger yang tinggi selain biaya operasional dan pemeliharaan yang lebih rendah. Untuk waktu mendatang, Garuda Indonesia akan mendatangkan lagi 18 unit pesawat Bombardier CRJ1000 NextGen.
Garuda Indonesia Bombardier CRJ1000 NextGen. ZonaAero
Garuda Indonesia Bombardier CRJ1000 NextGen
Garuda Konsisten Beli 18 Pesawat Bombardier

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akan tetap memanfaatkan opsi pembelian 18 unit pesawat jenis Bombardier CRJ1000 NextGen Series yang didatangkan bertahap hingga 2015. Handrito Hardjono, Direktur Keuangan Garuda mengklaim performa tingkat keterisian tempat duduk (seat load factor) Bombardier tumbuh progresif sejak 5 pesawat pabrikan asal Kanada itu memperkuat Garuda per Oktober tahun lalu. Hingga kini, Dia mencatat seat load factor Bombardier rata-rata 70%. Artinya, meski cenderung berdensitas rendah, pesawat yang diproduksi Bombardier Inc itu tergolong memiliki tingkat yield passenger yang tinggi. "Capaian itu terbilang bagus karena pesawat ini relatif baru dioperasikan Garuda. Bisa jadi, ke depan seat load factor lebih tinggi," ucapnya, Minggu (3/3/2013)

Handrito membantah pihaknya akan dikenai penalti akibat pelanggaran komitmen perjanjian dengan Bombardier Inc. Sejumlah rumor juga ditepisnya termasuk kontribusi negatif Bombardier terhadap kinerja perseroan. Ongkos perawatan dan suku cadang Bombardier relatif rendah sehingga tak begitu menekan beban usaha. Pasalnya, jelas dia, Garuda mendatangkan teknisi dari Bombardier Inc sebagai bagian dari layanan purnajual. "Loh, itu justru murah, karena teknisi yang didatangkan merupakan after sales service," tegasnya.

Maskapai pelat merah itu bahkan berencana menambah 18 unit Bombardier jenis serupa guna memperkuat rute-rute pendek di wilayah timur Indonesia. Perseroan telah mengantongi kredit fasilitas pembiayaan dengan plafon total US$ 75 juta dari Indonesia Eximbak. Pinjaman itu akan digunakan sebagian untuk membiayai pemesanan Bombardier yang telah memperoleh komitmen melalui perjanjian jual dan sewa balik.

Menurut Handrito, perseroan memilih Bombardier karena perhitungan ongkos usaha yang murah termasuk rendahnya konsumsi bahan bakar avtur. Selama ini, konsumsi avtur merupakan beban usaha industri penerbangan yang paling dominan. Sesuai perjanjian dengan Bombardier Inc, Garuda tahun ini kembali menerima 7 unit untuk melayani wilayah barat dan timur Indonesia melalui hub Makassar dan Medan. Sementara, 6 pesawat CRJ 1000 lainnya akan menyusul bertahap dalam 2 tahun ke depan.

Pesawat CRJ 1000 merupakan generasi terbaru pabrikan pesawat Bombardier asal Kanada yang didesain lebih ramping untuk jarak tempuh pendek, maksimal 3 jam sekali terbang. Pesawat ini berkapasitas 96 kursi. Ruang di kabin dan lumbuh kargo memang bermuatan lebih rendah dari pesawat Boeing, apalagi jenis Airbus. "Memang, Bombardier itu low density, tapi high yield," terangnya.

www.solopos.com