Cari di Blog Ini

Jumat, 03 Mei 2013

Tahap Produksi Pesawat N-219 Masih Terkendala Pembiayaan

Pesawat terbang penumpang dan kargo jenis N-219 yang dikembangkan oleh PT Dirgantara Indonesia yang bekerjasama dengan BPPT sampai sekarang masih belum bisa diproduksi massal. Kendala yang dihadapi oleh pesawat N-219 untuk memasuki tahap produksi adalah masalah pembiayaan. Sebelumnya, Kementerian Perhubungan dan Kementerian Perindustrian sudah menyatakan untuk mendukung pendanaan produksi pesawat N-219. Namun dana yang dijanjikan oleh kedua departemen tersebut sampai sekarang belum ada realisasinya.
N-219 PT Dirgantara Indonesia. ZonaAero
BPPT-PT DI Berencana Bangun Pesawat N-219 Untuk Penerbangan Perintis

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama dengan PT Dirgantara Indonesia (DI) menginisiasi program pengembangan pesawat N-219, yakni pesawat berkapasitas 19 penumpang yang diperuntukan melayani rute-rute terpencil atau penerbangan perintis. Kepala BPPT Marzan Aziz Iskandar berharap meskipun saat ini pengembangan pesawat karya anak bangsa ini masih menemui kendala, tidak lama lagi sudah bisa direalisasikan. Menurutnya, sampai saat ini perkembangan N-219 memang belum mendapatkan titik terang dan masih menemui sejumlah kendala sejak diperkenalkan dua tahun lalu. "Kami sudah memberikan dukungan dengan melakukan pengujian-pengujian. Kami juga telah membantu mendapatkan pendanaan untuk produksinya. Namun, sampai saat ini belum ada titik terang untuk total pendanaannya," katanya baru-baru ini.

Marzan menambahkan, mengenai masalah pendanaan memang ada pernyataan-pernyataan dari Kementerian Perhubungan dan Kementerian Perindustrian yang siap mendukung, tapi mengenai realisasinya, belum ada kepastian. "Dari hitungan sebenarnya, harga pesawat tidak terlalu mahal, yaitu sekitar Rp 38 miliar per unit. Saat ini, sudah ada 35 unit yang dipesan oleh beberapa perusahaan industri penerbangan. Namun, kembali lagi, kami masih kesulitan menyusun skema pendanaan untuk proses produksi," ungkapnya.

Direktur Teknologi dan Pengembangan Rekayasa PT Dirgantara Indonesia Andi Alisjahbana mengakui pengembangan pesawat ini membutuhkan dana yang cukup besar, yaitu sekitar Rp 600-800 miliar, bahkan mendekati Rp1 triliun. "Tapi, kami tetap optimistis, dan menargetkan tahun 2016 pesawat kebanggaan Indonesia ini harus mulai diproduksi," katanya Andi, di sela acara Penandatanganan MoU Produksi dan Pengembangan Teknologi Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) Wulung, di BPPT, Jakarta, baru-baru ini.

Perkembangan dari pesawat N-219 ini melibatkan PT DI, Kementerian Riset dan Teknologi, BPPT, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perhubungan. "Semuanya saling bekerja sama untuk mewujudkan pesawat berpenumpang 19 orang ini. Pesawat yang membutuhkan landasan pendek untuk menjangkau daerah-daerah terpencil," ucapnya.

Pesawat N-219 adalah pesawat multifungsi bermesin dua yang dirancang oleh PT DI untuk dioperasikan di daerah-daerah terpencil. Pesawat ini terbuat dari logam dan dirancang untuk mengangkut penumpang maupun kargo. Pesawat yang dibuat dengan memenuhi persyaratan FAR 23 ini dirancang memiliki volume kabin terbesar di kelasnya dan pintu fleksibel yang memastikan bahwa pesawat ini bisa dipakai untuk mengangkut penumpang dan juga kargo. N-219 merupakan pengembangan dari NC-212 yang sudah diproduksi oleh PT DI di bawah lisensi CASA. Pesawat ini dirancang memiliki kecepatan jelajah maksimum 395 km/ jam dan kecepatan jelajah ekonomis 352 km/jam dengan muatan maksimum 2500 kilogram.

www.suarapembaruan.com