Bandara Notohadinegoro Jember Jawa Timur |
Dinas Perhubungan Kabupaten Jember memfokuskan untuk mendapatkan Sertifikasi Bandara untuk pembangunan Bandar Udara Notohadinegoro. Sayangnya, sampai saat ini, ada beberapa hal yang dianggap bisa menghalangi dinas untuk mendapatkan sertifikasi bandara tersebut. Yakni, adanya kandang ayam. Kandang ayam yang terletak pada posisi utara run way itu berukuran sekitar dua kali 50 meter persegi. Tak ayal, kandang ayam itu dianggap menghalangi pandangan ketika ada pesawat terbang akan mendarat kelak. "Kandang ayam itu memang bisa menjadi penghalang saat pesawat mendarat. Dirjen Perhubungan Udara meminta agar kandang ayam itu dibongkar, kita sudah bicara dengan pemilik kandang ayam, kalau nanti memang bandara operasional maka si pemilik kandang bersedia membongkarnya," kata Kepala Dinas Perhubungan Djuwarto, Selasa (22/1/2013).
Dia menambahkan, kandang ayam itu sebenarnya berada di luar wilayah runway bandara. Namun dari sisi kemiringan da ketinggian bisa mencapai 30 derajat dari pesawat ketika mendarat. Menurut Djuwarto, jarak aman untuk bisa lolos mendapatkan sertifikat bandara komersial, maka maka pada radius 100-200 meter dari ujung landasan pacu, tidak boleh ada penghalang apapun terhadap pandangan pilot. Selain itu, pihaknya juga berjanji akan menemui perangkat desa setempat yakni Desa Wirowongso untuk menegosiasikan kemungkinan lokasi kandang ayam itu agar dipindah.
Tahun ini, Bandara Notohadinegoro yang sudah mangkrak sekitar 3 tahun itu mendapat suntikan dana dari APBD senilai Rp 4,5 miliar untuk memperpanjang run way dari 1.200 meter menjadi 1.400 meter. Lebih lanjut Djuwarto menerangkan, saat ini sudah ada kejelasan maskapai penerbangan yang akan melakukan kontrak operasional dengan Pemkab Jember yakni dari maskapai Sky Aviation. "Makanya investor bisa masuk dengan leluasa jika sudah ada sertifikat bandara serta kelengkapan infrastruktur bandara dengan landasan pacu sepanjang 1.400 meter, itu nanti sudah bisa dipakai pesawat dengan 46 sheets," kata Djuwarto.
Dengan panjang landasan 1,4 kilometer tersebut, pesawat komersial dengan kapasitar 50 kursi bisa mendarat. Djuwarto optimistis tahun 2013 realisasi pengoperasian Lapter bisa dilakukan. Bandara Notohadinegoro dibangun pada masa pemerintahan Bupati Samsul Hadi Siswoyo. Penerbangan perdana di atas landasan pacu bandara dilakukan pada 9 Januari 2004. Saat itu, Bupati Samsul berada satu pesawat dengan Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid dan Menteri Perhubungan Hatta Rajasa. Mereka terbang dari Bandara Juanda di Surabaya. Namun sejak penerbangan perdana itu, tidak ada pesawat komersial yang mendarat, kecuali Agustus 2007. Saat itu, Bupati MZA Djalal menyewa pesawat jenis LET 410 Fokker 28 dengan kapasitas angkut 18 orang untuk terbang selama dua bulan. Setelah itu, praktis, landasan pacu dijadikan tempat penjemuran gabah dan adu balap merpati.
news.okezone.com