Rute penerbangan perintis di Indonesia ternyata cukup menjanjikan. Bagaimana tidak? Sekitar 30% hingga 40% biaya operasional penerbangan perintis ditanggung oleh pemerintah lewat pemberian subsidi. Tak heran bila tender 132 rute perintis tahun 2012 diikuti 18 maskapai. Hasilnya, enam maskapai memenangkan tender jalur perintis di 17 provinsi. Tahun lalu tujuh maskapai memenangkan angkutan perintis. Tahun 2012 ini, total subsidi yang disediakan oleh pemerintah untuk penerbangan perintis mencapai total Rp 279,19 miliar. Rinciannya, subsidi untuk operasional Rp 279,19 miliar dan penggantian bahan bakar avtur sebesar Rp 17,27 miliar. "Pemerintah memberikan subsidi untuk membantu penerbangan di daerah terpencil," ujar Bambang S Ervan, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan.
Dari tender tersebut, maskapai Nusantara Buana Air (NBA) berhasil mendapatkan kontrak terbanyak dengan nilai Rp 83,3 miliar untuk 32 rute perintis. Kemudian disusul oleh Merpati Nusantara Airlines (MNA) senilai Rp 70 miliar (40 rute), PT Sabang Merauke Air Raya Charter (SMAC) Rp 38,3 miliar (17 rute), PT Trigana Air untuk Rp 17,6 miliar (11 rute), dan PT Aviastar Mandiri sebesar Rp 10,9 miliar (4 rute).
Adapun PT Asi Pudjiastuti Aviation (Susi Air) memperoleh15 rute senilai Rp 44 miliar. Jalur-jalur yang dilalui maskapai ini antara lain Ketapang (Kalimantan Barat), Samarinda (Kalimantan Timur), dan Manokwari (Papua Barat). Sedangkan tahun lalu Susi Air berhasil memenangkan tender 17 rute perintis senilai Rp 16,7 miliar.
Saat ini, total armada yang dimiliki Susi Air sebanyak 47 pesawat jenis Cessna dan helikopter. Namun jumlah ini dianggap masih jauh dari cukup. Alasannya, wilayah Indonesia yang luas menjadi peluang bagi bisnis penerbangan perintis. Makanya, Susi Air menyiapkan dana US$ 300 juta untuk membeli 33 pesawat baru. "Kami akan menambah 33 pesawat sampai tiga tahun mendatang," kata Susi Pudjiastuti, CEO Susi Air. Dana itu diharapkan diperoleh dari kredit perbankan. "Namun, kalaupun itu tidak didapat, kami akan mencariprivate investor," lanjutnya.
Bila Kalimantan dikuasai oleh Susi Air, maka wilayah Sumatra dikuasai oleh PT NBA dan SMAC. Maskapai ini juga terus berbenah dengan memesan 30 unit pesawat N219 yang tengah dikembangkan PT Dirgantara Indonesia. Untuk pengerjaan 30 unit pesawat ini, PT DI telah mendapatkan investor dari Belanda. "Investor ini mau membiayai pembelian 30 unit oleh NBA. Perusahaan dari Belanda, namanya RTCOM," kata Dita Ardonni Jafri, Direktur Teknik dan Pengembangan PT DI.
Bagaimana dengan Merpati? Tidak seperti maskapai perintis lainnya, maskapai Merpati tampaknya tak melakukan persiapan yang khusus untuk jalur kering ini. Maklum, saat ini rute perintis hanya menyumbang 10% dari total pendapatan BUMN ini. Makanya, untuk melayani 40 rute perintis, tahun ini Merpati hanya menyediakan dua unit Cassa 212 berkapasitas 20 orang dan empat unit Twin Otter berkapasitas 16 orang. Keenam pesawat tersebut akan dioperasikan oleh sekitar 40 pilot.
ekonomi.inilah.com