Pesawat N-250 Buatan IPTN |
PT Dirgantara Indonesia (DI) berencana merealisasikan proyek pembuatan pesawat komersial seperti N250. "Pesawatnya tetap komersial, tapi bukan N-250, melainkan pesawat sejenis," kata Direktur Bidang Kualitas sekaligus Juru Bicara PT DI, Sonny Saleh Ibrahim, di tempat kerjanya, Rabu (20/2/2013).
Sonny mengemukakan, pihaknya berkeinginan memproduksi pesawat komersial berkapasitas penumpang 80-100 orang karena pasar jenis pesawat itu terbuka lebar. Proyek itu bekerja sama dengan PT Ragio Aviasi Industri (RAI), yang terbentuk bersama dua perusahaan swasta, yakni PT Ilhabi Rekatama, milik Ilham Akbar Habibie, putra BJ Habibie; dan PT Modal Elang milik mantan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Erry Firmansyah. Sejauh ini pihaknya masih menanti kabar dan perkembangan selanjutnya dari PT RAI. Apabila program dan rencana itu tidak terealisasi, PT DI tetap berusaha mewujudkan pembangunan pesawat komersial tersebut. "Tentunya, kami mencari berbagai cara, terutama dalam hal pendanaan. Itu karena biayanya kami prediksikan sangat besar," ujar Sonny.
PT DI tahun ini sudah melakukan langkah awal dengan menyiapkan dan menyusun konsep pesawat tersebut. Jika perencanaan tahap awal ini terealisasi, maka pembuatan pesawat itu berlangsung selama 3 tahun. Sonny memperkirakan, harga jual pesawat komersial tersebut hampir setara dengan ATR. "Nilainya, lebih kurang 42 juta dollar AS per unit," ujarnya.
Berkenaan dengan rencana kerja 2013, Sonny mengatakan, pihaknya bersiap menjalin kerja sama dengan Airbus Military dalam hal pemeliharaan pesawat. Kerja sama itu saat ini belum bergulir karena masih menunggu hasil audit yang dilakukan otoritas Airbus Military. Kerja sama pemeliharaan pesawat bernilai sangat besar. Setiap tahunnya, nilai kontrak pemeliharaan pesawat dapat mencapai 600 juta dollar AS. "Nilai terbesar yaitu pesawat produksi Boeing dan Airbus. Nilainya masing-masing 270 juta dollar AS. Sisanya pesawat kecil," ujarnya.
Apabila pada akhirnya PT DI dapat menjalin kerja sama dengan Airbus Military, PT DI menargetkan kontrak Rp 500 miliar-Rp 600 miliar. "Kami melakukan berbagai persiapan. Di antaranya, menambah peralatan pemeliharaan pesawat. Kami pun memberikan pelatihan kepada beberapa teknisi agar memperoleh sertifikasi Airbus Military," katanya.
Menurut Sonny, target kontrak tahun ini senilai Rp 3,1 triliun. Nilai kontrak yang sudah terealisasi sejauh ini sekitar Rp 2,3 triliun. Penyerapan tersebut bersumber dari kontrak sejumlah pesawat, baik dengan beberapa negara, maupun dalam negeri. Saat ini PT DI terikat kontrak dengan pihak luar negeri untuk membangun CN 235 sebanyak 4 unit, CN-212 sebanyak 2 unit, dan CN-295 sebanyak 2 unit. Adapun kontrak dalam negeri antara lain pembuatan CN-235 sebanyak 3 unit dan helikopter Bell sebanyak 3 unit.
bisniskeuangan.kompas.com